Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Java Tea Experience, Tarik Investor Melalui Budaya Ngeteh Nusantara

Java Tea Experience, Tarik Investor Melalui Budaya Ngeteh Nusantara Kredit Foto: Biro Adpim Setda Pemdaprov Jabar
Warta Ekonomi, Bandung -

Hari kedua West Java Investment Summit (WJIS) 2022 di Trans Convention Center, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, diisi dengan promosi berbagai potensi yang dimiliki Jawa Barat (Jabar) untuk dilirik investor. 

Salah satunya adalah potensi teh Jabar yang dinilai cukup prospektif dan menjanjikan keuntungan. Ketahanan pangan dan teknologi agroindustri memang menjadi salah satu fokus WJIS 2022. 

Baca Juga: WJIS 2022 Tawarkan 20 Proyek Energi Baru Terbarukan

Dari komoditas teh, Jabar ingin membangkitkan kembali budaya ngeteh Nusantara sehingga dapat mengimbangi kopi yang memang saat ini sedang 'booming' secara global. 

Melalui sesi pararel bertajuk Java Tea Experience (JTE) 2022, tradisi ngeteh Nusantara yang semakin tergerus budaya ngopi lambat laun coba dikuatkan kembali.

Java Tea Experience menampilkan berbagai daerah dengan potensi teh signifikan Nusantara, salah satunya Jawa Barat. Teh diyakini memiliki peran signifikan dalam menopang ekonomi Indonesia sejak lama.

Pulau Jawa tercatat sebagai pulau penghasil teh terbesar di Indonesia dengan pangsa produksi 82,5 persen. Sementara itu, Jawa Barat sendiri merupakan produsen terbesar teh dengan pangsa 69,15 persen dari teh nasional. 

Baca Juga: Wagub Jabar Pede WJIS 2022 Bakal Tingkatkan Perekonomian Jawa Barat

"Namun sayangnya 50 persen lahan teh di Jabar kondisinya perlu perbaikan. Ini menjadi potensi investasi jangka panjang menarik di Jabar, seperti halnya kopi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Herawanto, Kamis (6/10/2022). 

Herawanto menyebutkan semangat WJIS 2022 pada isu ketahanan pangan dan energi baru dan terbarukan (EBT) merupakan langkah Jabar menjawab tantangan global. Situasi dunia internasional seperti pandemi, pemanasan global, dan perang kerap berdampak pada peningkatan harga pangan dan energi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: