Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perdagangan Karbon Dapat Dilaksanakan Segera Jika Ekonomi Membaik

Perdagangan Karbon Dapat Dilaksanakan Segera Jika Ekonomi Membaik Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberi sinyal mengenai pelaksanaan perdagangan karbon dapat dilaksanakan dalam waktu dekat. 

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan penyelenggaraan bursa karbon bisa segera berlangsung untuk mendukung energi bersih dan mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060.

"Karena kita sudah melakukannya sejak 2020 lalu melalui uji coba beberapa pembangkit dan besok lusa mungkin kalau perekonomian makin membaik, karbon ini akan segera diimplementasikan," ujar Rida dalam acara Indonesia Sustainable Energy Week, Senin (10/10/2022).

Baca Juga: Pertamina Beber 47 Program EBT-Nya Mampu Serap Karbon hingga 530 Ribu Ton CO2

Menurutnya, perdagangan karbon dapat dilakukan di berbagai pembangkit yang telah dibangun dalam waktu dekat, namun dengan syarat perekonomian Indonesia dan dunia cepat pulih. Sebab, dia berujar, uji coba perdagangan karbon itu sudah berlangsung sejak 2020.

Rida mengatakan, dari sisi pengaturan pada dasarnya pemerintah sudah menyiapkan skemanya. Namun, implementasi perdagangan karbon membutuhkan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terutama berkaitan dengan penetapan harganya.

"Karena secara regulasi semuanya sudah siap, hanya dari sisi kekuatan APBN karena PLN adalah semuanya di pass through ke APBN, ini harus dihitung-hitung termasuk nanti harga karbon dan seterusnya," ujarnya. 

Sebagaimana diketahui saat ini pemerintah sedang berupaya keras mencapai target penurunan emisi karbon yang naik menjadi 31,89 persen di tahun 2030 melalui enhanced National Determined Contribution (NDC), mulai dari perancangan RUPTL hingga peta jalan early retirement (pensiun dini) PLTU.

Selain itu, momentum transisi energi ini perlu digenjot di tengah kondisi harga komoditas energi berbasis fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas sedang tinggi karena krisis energi di beberapa negara.

"Apalagi sekarang harga fosil lagi tinggi, ini kesempatan kita, momentum baik untuk menggenjot penggunaan dan pemanfaatan sumber renewable energy, terlebih customer sekarang lebih banyak menuntut energi bersih atau lebih sustainable," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: