Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa yang Akan Terjadi Jika Penggunaan Minyak Sawit Dihapuskan di UE?

Apa yang Akan Terjadi Jika Penggunaan Minyak Sawit Dihapuskan di UE? Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam dua dekade terakhir, kampanye antiminyak sawit yang dimotori NGO dan jejaringnya sangat intensif terjadi diberbagai negara khususnya di Uni Eropa. Berbagai isu sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan dilakukan agar citra minyak sawit terpuruk di pasar dunia. Bukan sekadar kampanye negatif terhadap minyak sawit, melainkan juga kampanye untuk tidak menggunakan minyak sawit.

"Pemaksaan label Palm Oil Free pada kemasan berbagai produk berbasis sawit yang dihasilkan oleh industri pangan, kosmetik, bahkan industri pakan ternak merupakan cara sistematis yang digunakan NGO untuk menghentikan penggunaan minyak sawit," catat laporan PASPI.

Baca Juga: Percepat Penyerapan Sawit, BPDPKS Dukung Implementasi B40

Melansir laporan PASPI, kampanye penghentian konsumsi minyak sawit juga menular pada rencana kebijakan Uni Eropa yang mengaitkan isu deforestasi dengan konsumsi minyak sawit di kawasan negara tersebut. Dalam European Commission (2019), komisi Uni Eropa dalam kebijakan RED II/ILUC juga memiliki rencana untuk menerapkan kebijakan phase-out minyak sawit dari kebijakan renewable energy (RED-EU) paling lambat pada tahun 2030. Lantas, apa yang terjadi jika gerakan Palm Oil Free benar-benar diberlakukan dan diikuti oleh masyarakat Uni Eropa?

Studi PASPI menemukan, secara ekonomi, kondisi tersebut akan sangat merugikan Uni Eropa sendiri. Hal ini disebabkan masyarakat Uni Eropa akan menghadapi kekurangan minyak nabati setidaknya untuk sementara waktu. Selain itu, masyarakat Uni Eropa dan industri pengguna minyak sawit tidak bisa menikmati minyak nabati yang relatif murah dan harus beralih ke minyak nabati dengan harga yang lebih mahal.

"Jika mengacu pada studi European Economics (2014,2016), Uni Eropa setidaknya akan kehilangan GDP sebesar 5,7 miliar Euro. Selain itu, Pemerintah Uni Eropa juga akan kehilangan penerimaan sebesar 2,6 miliar Euro. Sekitar 117 ribu orang masyarakat Uni Eropa akan kehilangan pekerjaan," catat laporan PASPI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: