Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jelang KTT G20, Pemerintah Berupaya Bali Bebas Sampah

Jelang KTT G20, Pemerintah Berupaya Bali Bebas Sampah Kredit Foto: Istimewa

Pembangunan TPST menjadi manfaat yang diterima Bali dari gelaran KTT G20. Sebab seusai pelaksanaan KTT, Bali akan memaksimalkan penggunaannya sebagai fasilitas pengolahan sampah. “Dan dia (pengelola) menyanggupi akhir November ini baru selesai 100 persen,” katanya.

Selama pelaksanaan G20, Pengelolaan sampah memang menjadi perhatian serius pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan empat kabupaten/kota di Bali, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan menjadi daerah fokus utama pengelolaan sampah.

"Tempat yang menjadi lokasi G20 dan sekitarnya serta empat daerah itu pengelolaan sampahnya harus baik, supaya kita bisa bicara. Bahkan bila perlu mereka (delegasi G20) datang melihat," kata Tito, saat mengunjungi TPST Kertalangu, pada September lalu.

Tito mengingatkan dalam pertemuan G20 akan ada pembahasan mengenai perubahan iklim. Oleh karenanya, pengelolaan sampah menjadi bagian penting.

Indonesia menjadikan Bali sebagai salah satu percontohan provinsi yang menerapkan net zero emission pada 2045. Sementara salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca adalah sampah. Untuk ini, perlu adanya pengolahan sampah yang lebih baik.

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves Rofi Alhanif mengatakan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengeluarkan metana yang mencemari ozon.

"Jadi itu salah satu kenapa pengelolaan sampah erat kaitannya dengan mitigasi perubahan iklim," katanya di Bali, Kamis (3/11/2022).

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan dalam kunjungannya pada akhir bulan Agustus lalu menyampaikan, ketiga TPST baru di Bali itu akan secara maksimal menangani pengolahan sampah.

Ia menjelaskan daya tampung TPST di wilayah Denpasar mencapai 1.020 ton sampah yang terbagi dalam tiga tempat yakni 450 ton di TPS Kesiman Kertalangu, 450 ton di TPST Taman Hutan Raya Ngurah Rai, dan 120 ton di TPST Padangsambian Kaja.

“Kami akan buat yang seperti ini di 52 titik seluruh Indonesia selama dua tahun ke depan,” terang Menteri Luhut pada kunjungan kerjanya ke TPST Kesiman Kertalangu, Denpasar, Rabu (31/8/2022).

Teknologi RDF

Hal lain yang juga menarik dari tiga TPST baru itu adalah penerapan teknologi RDF (refused derived fuel). Teknologi RDF adalah teknologi dalam mengolah sampah menjadi biomassa yang selanjutnya bisa digunakan sebagai sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Biomassa olahan sampah ini merupakan co-firing batubara pada industri semen dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ini seturut dengan agenda G20 pada bidang transisi energi.  

Produk refused derived fuel (RDF) ini bisa difungsikan sebagai pengganti bahan bakar gas LPG untuk reaktor pirolisis yang sesuai dengan konsep model pengolahan sampah green and zero waste.

Dengan teknologi pengelolaan sampah ini diharapkan dapat mengurangi masalah sampah dan mengubahnya menjadi produk bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu lokasi pengolahan sampah berpotensi menjadi tempat pelatihan dan wisata.

Di Indonesia, pengembangan TPST RDF pertama terdapat di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah. Pembangunan fasilitas RDF di areal seluas 3 hektare yang dilakukan sejak 2017.

Pembangunan TPST RDF ini bisa dibilang menjadi tonggak baru dalam penanganan sampah di Indonesia sekaligus langkah menuju transisi energi. Dari Cilacap pemerintah kemudian mengembangkan infrastruktur TPST RDF di Kebun Kongok, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: