Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Sosok Penulis Kitab Al Hikam, Wapres Ziarah ke Makam Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari

Mengenal Sosok Penulis Kitab Al Hikam, Wapres Ziarah ke Makam Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari Kredit Foto: Dokumen Pribadi

Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.

Ajaran tasawuf yang tertanam pada diri Ibnu Athaillah banyak diperoleh setelah beliau mengamalkan ilmu agama yang dimilikinya, dengan seringnya bertemu dengan para sufi yang pada akhirnya dapat mengubah pola hidupnya dan mengikuti kehidupan para sufi, diantara guru-gurunya adalah Syekh Abul Abbas al Mursi, Nadruddin al Munir, Syarafuddin al Dimyati, Al Muhyil al Mazani, Syamsuddin al Asfaham.

Setelah beliau mempunyai dasar agama yang kuat dan sudah memperoleh ajaran tasawuf dari para gurunya tersebut, kemudian beliau pindah ke Kairo Mesir dan mengajar tasawuf-tasawuf kepada murid-muridnya di Universitas Al Azhar.

Baca Juga: Doakan Anies Baswedan Diselamatkan dari Orang-orang Jahat, Habib Rizieq: Ini Nasihat dari Seorang Ulama

Di antara murid-muridnya ada yang menjadi ulama terkenal seperti Imam Taqiyyuddin al Subki, Abu Abbas Ahmad bin Malik dan Daud bin Bahla.

Dalam bidang fikih, Ibnu Athaillah menganut dan menguasai madzhab Maliki. Sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarekat al-Syadzili. Bahkan ia dikenal luas sebagai seorang syekh besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah.

Adapun beberapa pemikiran dari Ibu Athaillag, Pertama, tidak dianjurkan kepada para muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka. Dalam hal pandangannya mengenai pakaian, makanan, dan kendaraan yang layak dalam kehidupan yang sederhana akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah dan mengenal rahmat Illahi.

Kedua, tidak mengabaikan penerapan syari’at Islam. Ia adalah salah satu tokoh sufi yang menempuh jalur tasawuf hampir searah dengan Al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Baca Juga: Bangun Islamic Ecosystem, BSI Gandeng Majelis Ulama Indonesia

Ketiga, zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati selain daripada Tuhan. Dunia yang dibenci para sufi adalah dunia yang melengahkan dan memperbudak manusia. Kesenangan dunia adalah tingkah laku syahwat, berbagai keinginan yang tak kunjung habis, dan hawa nafsu yang tak kenal puas.

Keempat, tidak ada halangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak bergantung pada harta yang dimiliknya. Seorang salik boleh mencari harta kekayaan, namun jangan sampai melalaikan-Nya dan jangan sampai menjadi hamba dunia.

Kelima, berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat, berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi, dengan sikap pasif yang banyak dialami para salik.

Keenam, tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah.

Baca Juga: Bangun Islamic Ecosystem, BSI Gandeng Majelis Ulama Indonesia

Bagi Syekh Athaillah, tasawuf memiliki empat aspek penting yakni berakhlak dengan akhlak Allah SWT, senantiasa melakukan perintah-Nya, dapat menguasai hawa nafsunya, serta berupaya selalu bersama dan berkekalan dengan-Nya secara sunguh-sungguh.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: