Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada Ketakutan Akan Resesi, Bagaimana Proyeksi Produksi dan Harga CPO di Tahun Depan?

Ada Ketakutan Akan Resesi, Bagaimana Proyeksi Produksi dan Harga CPO di Tahun Depan? CPO | Kredit Foto: Austindo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO) global diproyeksikan tidak akan jatuh terlalu dalam di tahun depan, lantaran akan menghadapi tantangan produktivitas. Faktor lain yang mempengaruhi harga CPO tersebut yakni persoalan geopolitik, iklim, dan harga energi. Hal ini disampaikan oleh Analis Oil World Thomas Mielke saat berbicara dalam IPOC 2022 pada Jum’at (4/11).

“Harga minyak sawit dunia tidak mungkin jatuh kembali ke posisi terendah sebagaimana terjadi baru-baru ini. Pada 28 September kemarin, harga RBD Palm Olein Malaysia mencapai FOB US$810 per ton. Walaupun kembali membaik pada 2 November sebesar US$975 per ton,” ujar Mielke, dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia.  

Baca Juga: India Fokus Tingkatkan Produksi CPO Sendiri dengan Target 2,8 Juta Ton, Industri Sawit Indonesia Waspada

Oil World memproyeksikan, kenaikan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia akan terjadi pada periode Oktober 2022-September 2023. Indonesia diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 2,2 juta ton dan Malaysia sebesar 300 ribu ton.

Kendati demikian, kenaikan produksi sawit dunia yang mengalami pertumbuhan signifikan sepanjang 40 tahun terakhir semenjak 1980-2022 menghadapi tantangan produktivitas. Total produksi sawit dunia mencapai 78,3 juta ton sampai 2022 yang berkontribusi 32 persen terhadap produksi minyak dan lemak. 

“Pertumbuhan minyak sawit telah kehilangan momentumnya akibat sejumlah faktor yang mempengaruhinya yaitu penurunan produktivitas, rendahnya pembukaan kebun baru, kekurangan tenaga kerja, dan masalah hama penyakit tanaman,” jelas Mielke.

Sebelumnya, rata-rata kenaikan produksi sawit dalam 10 tahun terakhir mencapai 2,9 juta ton/tahun sampai 2020. Namun, kata Mielke, rata-rata produksi sawit akan turun menjadi 2,3 juta ton dalam 10 tahun mendatang sampai 2030,” urai Mielke.

Baca Juga: Adanya Hambatan Dagang UE, Potensi Ekspor CPO ke Negara Nontradisional Masih Terbuka

Dari Aspek permintaan, program biodiesel sangat mempengaruhi kebutuhan sawit dunia. Saat ini, harga CPO ditingkatkan adanya daya saing kelapa sawit di Indonesia dan dampak program pencampuran biodiesel.

Data Oil World mencatat bahwa produksi biodiesel Indonesia sudah sangat tinggi mencapai 8,7 juta ton pada 2022 atau naik 3,3 juta ton dalam empat tahun terakhir. Sementara di Amerika Serikat, produksi biodiesel telah melebihi 10 juta ton pada 2022 dan meningkat lebih tinggi pada 2023. Begitupula produksi biodiesel Brasil meningkat setidaknya 6 juta ton pada 2023.

Baca Juga: Duta Palma Group Kantongi 3 HGU Untuk Perkebunan Kelapa Sawit Di Inhu

Sementara itu, Oil World memperkirakan harga minyak sawit termasuk minyak nabati dunia pada tahun mendatang mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun ini.

Baca Juga: Sektor Kelapa Sawit Miliki Resiliensi Tinggi Terhadap Resesi

“Ada tren penurunan minyak bunga matahari, kedelai, dan rapeseed, akibat pasokan yang naik tajam, kemungkinan akan membuat harga minyak kedelai dan oil seed turun sebesar US$100-US$200 per ton dari level saat ini, bahkan bisa terdiskon US$250 per ton,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: