Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sumbang Devisa US$1 Miliar, Pemerintah Genjot Hilirisasi Kakao

Sumbang Devisa US$1 Miliar, Pemerintah Genjot Hilirisasi Kakao Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya meningkatkan kinerja industri pengolahan kakao di Indonesia agar lebih produktif dan berdaya saing global. Pemerintah pun fokus memacu hilirisasi industri melalui pemberian insentif tax allowance untuk industri pengolahan cokelat, baik investasi baru maupun perluasan.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemeperin, Putu Juli Ardika menerangkan selain pemberian super deduction tax bagi industri yang berinvestasi untuk pengembangan SDM maupun R&D, serta mendorong dan memfasilitasi kemitraan antara industri pengolahan kakao dan kelompok tani.

“Pemerintah juga akan memberikan fasilitasi promosi bagi produk olahan kakao dari industri dalam negeri di berbagai ajang pameran tingkat internasional, baik yang diselenggarakan di Indonesia maupun luar negeri. Salah satunya adalah penyelanggaraan pameran SIAL Interfood 2022 yang turut mendukung Peringatan Hari Kakao Indonesia,” tutur Putu.

Berasarkan data International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2021/2022, Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia sebagai negara pengolah produk kakao. Selain itu, Indonesia berada di urutan keenam di dunia sebagai produsen biji kakao terbesar. 

Industri pengolahan kakao pun merupakan salah satu kelompok industri yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Kemenperin mencatat industri pengolahan kakao mampu menyumbang devisa hinggalebih dari US$ 1 miliar pada 2020 dan 2021.

Adapun sebesar 85% atau 319.431 ton dari total volume produksi industri pengolahan kakao telah diekspor ke 96 negara, di antaranya ke Amerika Serikat, India, China, Estonia, dan Malaysia. Saat ini terdapat 11 industri pengolahan kakao sektor intermediate dengan kapasitas mencapai 739.250 ton per tahun. Selanjutnya, terdapat 900 industri pengolahan cokelat, dan 31 artisan cokelat (bean to bar).

“Utilisasi industri pengolahan kakao berskala besar mencapai 54%. Pemerintah juga sedang mendorong berkembangnya para artisan yang berpotensi memiliki nilai tambah yang jauh lebih besar lagi,” paparnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: