Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CENTRIS Menilai Partai Komunis China tidak Terlalu Peduli Protes Masyarakat

CENTRIS Menilai Partai Komunis China tidak Terlalu Peduli Protes Masyarakat Kredit Foto: Reuters/Paul Yeung

Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menilai, meski telah mengeluarkan pernyataan yang terkesan keras dan menunjukkan simbol-simbol stabilitas negara ditengah masyarakat, Partai Komunis China sebenarnya tidak terlalu memandang aksi protes masyarakat.

Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mengatakan, Xi Jinping sebagai petinggi Partai Komunis China belum secara langsung menangani kerusuhan yang menyebar ke sejumlah wilayah di Tiongkok. Dikatakan, kurang dari sebulan setelah memastikan masa depan politik dan dominasinya yang tak tertandingi, Xi Jinping mengisyaratkan bahwa saat ini dia lebih menyukai menjaga stabilitas rezim dalam menghadapi tantangan publik. 

Akan tetapi, lanjut AB Solissa, ‘cueknya’ Xi Jinping dan Partai Komunis China ini justru membangkitkan keberanian rakyat Tiongkok yang semula hanya protes kebijakan lockdown, berubah menjadi penggulingan Partai Komunis China dan Presiden Xi Jinping.

Demo di Xinjiang pecah pekan lalu setelah massa marah dengan kebijakan nol Covid-19 China dengan lockdown ketat 100 hari. Aturan itu dianggap menghambat warga melarikan diri dari tragedi kebakaran di apartemen yang menewaskan 10 orang.

Kematian tersebut telah memicu kemarahan publik yang meluas karena banyak pengguna internet menduga bahwa penghuni gedung bertingkat tinggi tersebut tidak dapat melarikan diri tepat waktu karena sebagian gedung tersebut dikunci. Anehnya, para pejabat terkait di wilayah maupun di pusat, membantah fakta kematian 10 warga tersebut, namun mereka menolak untuk memberikan pernyataan resmi ke publik.

“Awalnya, massa pengunjuk rasa di Shanghai hanya menyuarakan keinginannya agar pemerintah mencabut lockdown untuk Urumqi, cabut lockdown untuk Xinjiang, cabut lockdown untuk seluruh China!” ucap AB Solissa,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jum’at (9/12/2022).

Seiring perjalanan waktu, massa mulai berteriak gulingkan Partai Komunis China, dan gulingkan Xi Jinping, bebaskan Urumqi yang videonya banyak beredar di media sosial.

Sebagian besar pengunjuk rasa memusatkan kemarahan mereka pada kebijakan "nol-COVID" yang telah membuat jutaan orang terkunci dan dikarantina, membatasi akses mereka ke makanan dan obat-obatan sambil merusak ekonomi dan sangat membatasi perjalanan. 

Banyak yang mencemooh garis penalaran pemerintah yang selalu berubah, serta klaim bahwa ada kekuatan asing yang telah memicu gelombang kemarahan.

Namun suara yang lebih berani menyerukan kebebasan dan demokrasi yang lebih besar dan agar Xi, pemimpin paling kuat China dalam beberapa dekade, serta partai yang dipimpinnya, untuk mundur.

Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk China, Nicholas Burns, mengatakan pembatasan ketat yang dilakukan Beijing banyak merugikan negara-negara dunia, khususnya yang memiliki perwakilan di Tiongkok.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: