Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Digitalisasi Pertanian Kunci Tercapainya Ketahanan Pangan dan Kestabilan Harga

Digitalisasi Pertanian Kunci Tercapainya Ketahanan Pangan dan Kestabilan Harga Kredit Foto: Antara/Arnas Padda
Warta Ekonomi, Denpasar -

Pengembangan digitalisasi data manajemen usaha tani menjadi kunci tercapainya ketahanan pangan dan kestabilan harga. Bank Indonesia (BI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali Nusa Tenggara (Nusra) memperkuat sinergi dan inovasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melalui aplikasi B'Pung Petani yang ditujukan untuk mengoptimalkan pemetaan produksi dan distribusi komoditas pertanian di daerah Nusa Tenggara Timur, dan selanjutnya dapat direplikasi daerah lainnya.

Pengembangan aplikasi ini merupakan wujud sinergi antara Bank Indonesia, BPD NTT, dan Pemerintah Daerah yang akan menghubungkan antara petani, pelaku usaha dan para pemangku kepentingan dalam mendukung kesinambungan produksi pangan ke depan. Momentum ini ditandai dengan penyelenggaraan GNPIP Bali Nusra, di Denpasar pada hari ini, Jumat (9/12/2022). Baca Juga: November 2022, BI Prediksi Kinerja Penjualan Eceran Tumbuh Positif

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menyampaikan bahwa GNPIP hadir untuk mengoptimalkan inovasi dalam stabilisasi harga pangan (dari sisi suplai) dan mendorong produksi guna meningkatkan ketahanan pangan, yang lebih terintegrasi serta berdampak nasional.

"Diharapkan sinergi bersama dalam menjaga stabilitas harga akan menopang daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional," ujar Destry.

Lebih lanjut, katany, dampak dari penguatan sinergi tersebut pun secara nasional sudah terasa, dimana inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2022 tercatat sebesar 5,42% (yoy) menurun dari bulan sebelumnya sebesar 5,71% (yoy). Inflasi volatile foods juga turun menjadi sebesar 5.7% (yoy) dari puncaknya di bulan Juli yang sekitar 12%, inflasi inti juga mulai stabil di level 3.30% (yoy) dari bulan lalu yang sebesar 3,31% (yoy).

Dengan berbagai kebijakan dan penguatan sinergi, BI optimis tekanan inflasi akan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023.

"Kita harus mendorong sinergi pengembangan digitalisasi data pertanian seperti yang telah dilakukan oleh TPID NTT melalui aplikasi B`Pung Petani dalam membangun ketahanan pangan di daerah," ungkap Destry.

Sejalan dengan hal tersebut, Anggota Komisi XI DPR RI, I Gusti Agung Rai Wirajaya juga turut menyampaikan pentingnya penguatan sinergi dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi di daerah, salah satunya melalui pengendalian inflasi pangan.

"Transformasi ekonomi untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali perlu didukung dengan digitalisasi sumber data agar perumusan program lebih efektif dan terarah," pungkasnya. Baca Juga: Indonesia Perkuat Ketahanan Pangan Dunia, Menlu Retno: Bukti Negara Berkembang Bisa Jadi Pemimpin!

Selain mendorong digitalisasi, GNPIP Bali Nusra turut menginisiasi penerapan smart farming sesuai dengan tema “Dari Pekarangan Menuju Kestabilan Harga Pangan" yang perlu digaungkan sebagai semangat bersama. Rangkaian kegiatan GNPIP Bali Nusa Tenggara diawali dengan penguatan hilirisasi UMKM pangan, peresmian kerja sama antar daerah baik intra Bali (Tabanan, Bangli, Badung, Buleleng) dan antar provinsi (Bangli – Mataram, Bangli – Kupang, Bangli – Sumba Barat, Bangli – Palembang), korporasi (PT Aerofood Indonesia, Ayu Nadi Swalayan, Coco Grup, dan Perumda Swatantra), serta program Dedikasi Untuk Negeri terkait ketahanan pangan.

Komitmen penguatan upaya sinergitas pengendalian inflasi GNPIP wilayah Bali dan Nusa Tenggara juga ditandai dengan deklarasi pengendalian inflasi pangan oleh Bank Indonesia, Anggota Komisi XI DPR RI, Badan Pangan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi Bali, NTB, dan NTT.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: