Megawati Disebut Tengah Menguji Seberapa Besar Nilai-nilai Soekarno yang Ada Pada Diri Ganjar Pranowo
Meski Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo disebut-sebut sebagai salah satu kader PDIP yang paling layak maju dalam Pilpres 2024, nampaknya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum sepenuhnya percaya.
Sepanjang tahun 2022 misalnya, nama Ganjar memang selalu disebut setidaknya dalam tiga besar tokoh dengan elektabilitas tertinggi di berbagai survei.
Meski begitu, pengamat Politik Rocky Gerung menyebut Megawati dalam posisi dilematis sebab ia masih memegang politik nilai yang diajarkan Sang Ayah, Soekarno.
Maka, Megawati ingin penerus Jokowi memiliki nilai yang sama dengan presiden pertama Republik Indonesia itu.
Baca Juga: Kader PDIP Ini Yakinkan Masyarakat Tidak Ada Presiden Jokowi Tiga Periode: Dia Udah Beli Tanah!
“Mau tetap Soekarno yang diingat atau nanti PDIP yang diingat sebagai partai yang nggak punya lagi idealisme gitu,” ucapnya dalam kanal YouTube-nya, Senin, (2/1/2023).
“Saya bisa bayangkan kesulitan dilematis Ibu Mega untuk memutuskan bahwa mau Puan yang sebetulnya meneruskan cara berpikir ibu mega, yang asli yaitu ajaran Soekarno. Banyak hal yang saya tidak setuju dengan Soekarno. Tapi Soekarno itu adalah bagian dari bangsa. Pikirannya mesti terus hadir,” tutur Rocky.
Menurut Rocky pula, Ideologi warisan Soekarno adalah anti kapitalisme dan kolonialisme.
Megawati ingin melihat sejauh mana Ganjar memiliki nilai anti terhadap kolonialisme dan kapitalisme.
Pasalnya kata Rocky, basis kritik terhadap kapitalisme di Indonesia, salah satu yang terkuat ada pada PDIP.
Baca Juga: Kader PDIP Ini Yakinkan Masyarakat Tidak Ada Presiden Jokowi Tiga Periode: Dia Udah Beli Tanah!
“Negeri ini negeri yang sangat kapitalistik. PDIP faktor dalam sejarah politik Indonesia. Bung Karno tetap akan diingat orang sebagai pejuang utama anti Kapitalisme,” katanya.
“Sekarang PDIP harus memilih, meneruskan pikiran bung Karno berdasarkan ide dasar pendiri proklamator, yaitu kita tidak boleh berdiam diri bila ada penderitaan. Dan penderitaan itu disebabkan oleh akumulasi kapital,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tag Terkait:
Advertisement