Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak pada 2022 mencapai 612.300 barrel oil per day (BPOD).
Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi lifting minyak 2021 yang mencapai 660.300 BOPD. Begitu pula jika dibandingkan target lifting minyak 2022 yang direncanakan 703.000 BOPD.
Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo menjelaskan pada dasarnya realisasi lifting migas di tahun 2022 merupakan waterfall dari target yang ditetapkan sangat tinggi di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19.
Baca Juga: SKK Migas Prediksi Harga Minyak Dunia pada 2023 Berada di Level US$70-US$100
Wahju menuturkan, target lifting minyak di APBN 2022 sebesar 703 BOPD, sementara gas sebesar 5.800 MMSCFD. Baik minyak atau gas, terjadi permasalahan sama yang menyebabkan realisasi lifting di tahun lalu tidak maksimal.
"Ada beberapa waterfall, misal beberapa decline dari lapangan yang memang sudah relatif tua lebih curam dari yang kita prediksi. Hasil pengeboran di beberapa lapangan belum memenuhi target jadi input sendiri bagi kami untuk evaluasi di tahun 2023," ujar Wahju dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/1/2023).
Adapun sejumlah lapangan migas besar yang mengalami unplanned shutdown adalah Pertamina Hulu Rokan (PHR), Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL), dan Train II Kilang LNG Tangguh milik BP Indonesia.
SKK Migas juga mencatat lapangan minyak Kedung Keris yang masuk dalam wilayah EMCL Kabupaten Bojonegoro mengalami kendala berupa korosi pada pipa penyalur.
"Yang cukup signifikan itu unplanned shutdown. Begitu kondisi turun, diikuti unplanned shutdown yang cukup tinggi juga, artinya data ini perlu ditindaklanjuti," ujarnya.
Meski begitu, ia menyebut bahwa SKK Migas melaksanakan serangkaian program di luar rencana yang menyebabkan adanya tambahan produksi sekitar 17.000 barel di tahun 2022.
"Salah satu flying break yang cukup signifikan itu unplanned shutdown. Produksi minyak, tidak terjadi declining. Kita sudah mulai incline mulai dari September dari grafik naik turun, begitu turun tinggi diikuti unplanned shutdown yang cukup tinggi juga, artinya data ini perlu direspons," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement