Revitalisasi Pura Mangkunegaran, Erick Thohir Harap Pariwisata Nasional Makin Kuat
Menteri BUMN Erick Thohir menghadiri acara peresmian Taman Pracima atau Pracima Tuin di dalam komplek Pura Mangkunegaran. Revitalisasi Taman Pracima tersebut merupakan wujud dukungan BUMN dalam memelihara gelora mencintai sejarah bangsa, mencintai kekayaan budaya lokal, menggiatkan perekonomian rakyat, dan memperkuat kunjungan wisata di dalam negeri.
“Dengan berwisata di Pura Mangkunegaran, semuanya bisa dapat, mulai dari wisata sejarahnya, wisata kulinernya, hingga wisata ilmu pengetahuannya. Karena di Pura Mangkunegaran bukan hanya ada kekayaan arsitekturnya, melainkan ada museumnya, perpustakaannya, hingga koleksi bersejarah Panjang yang unik,” ujar Erick dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/1/2023).
Baca Juga: Biar Nggak Bergantung Investor Asing, Erick Thohir: Perlu Sinergi Ekosistem Ekonomi
Erick menekankan perlunya memperkaya tujuan wisata di tanah air jika Indonesia ingin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di dalam negeri. Atas dasar itulah, dia dan BUMN, terus giat merevitalisasi aset-aset wisata menjadi lebih menarik untuk dikunjungi.
Sebelum merevitasalisasi Taman Pracima, Erick juga telah menghidupkan kembali Lokomotif Mak Itam di Sumatera Barat, membangun dan rebranding Sarinah, hingga mulai merevitalisasi Kawasan Sanur di Bali.
Erick juga menegaskan, BUMN hadir untuk warga Surakarta dan sekitarnya, salah satunya melalui kolaborasi dengan Pura Mangkunegaran. Revitalisasi Taman Pracima adalah upaya mengabadikan salah satu warisan peradaban Jawa, agar bisa dihayati oleh generasi muda dan wisatawan.
“Hanya dengan memahami akar budaya, maka bisa tumbuh kebanggaan kita sebagai sebuah bangsa. Kebanggaan ini merupakan cikal-bakal rakyat Indonesia yang Merdeka dan Berdaulat, baik dari aspek sosial, budaya, hingga perekonomian,” ujarnya.
Hasil dari Sinergi
Geliat mempercantik Taman Pracima sudah mulai dilakukan sejak tahun 2022. Dalam sebuah peninjauan, November 2022, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming bersama KGPAA Mangkunegoro X menunjukkan bahwa revitalisasi ini dapat berjalan atas kerja sama Kementerian Badan Usaha Milik Negara serta Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.
Revitalisasi area Taman Pracima ini terinspirasi dari taman kerajaan yang dibangun pada era pemerintahan Sampeyan-dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (S.I.J.K.G.P.A.A.) Mangkoenagoro VII.
Nama Taman Pracima berarti taman yang terletak di area barat. Sesuai dengan lokasi taman yang terletak di area barat Pura Mangkunegaran. Revitalisasi ini merupakan salah satu upaya pengembangan kebudayaan Jawa, khususnya Mangkunegaran berkelanjutan.
Taman Pracima beserta bangunan-bangunan di dalamnya, di antaranya Pracimasana, Pracimaloka, dan Pracimawisik, direncanakan menjadi wadah pengembangan kesenian, kolaborasi budaya, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); serta kuliner khas Mangkunegaran.
Sementara itu, Walikota Surakarta berharap melalui revitalisasi ini, area Pura Mangkunegaran dapat menjadi salah satu destinasi dan ruang publik yang baru di Kota Solo.
"Semoga taman Mangkunegaran ini menjadi salah satu destinasi yang baru, ruang publik yang baru untuk dinikmati wisatawan maupun masyarakat karena adanya spot-spot baru,” ujarnya.
Revitalisasi ini menjadi salah satu langkah awal menjadikan kawasan Pura Mangkunegaran sebagai tempat interaksi publik sekaligus sebagai ruang terbuka hijau. Hal ini merupakan salah satu dukungan kepada Pemerintah Kota Surakarta dalam meningkatkan paru-paru kota dan memperluas area resapan air tanah.
Didasarkan Kajian
Adapun KGPAA Mangkunegara X menerangkan, revitalisasi Pura Mangkunegaran dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan kajian-kajian pendahulu. Untuk saat ini, fokus utama adalah menyelesaikan revitalisasi area taman.
“Bangunan dan taman ini merupakan inpirasi dari Eyang Buyut saya era KGPAA Mangkunegaran VII. Dari kajian-kajian yang kita lakukan dengan pendampingan dari cagar budaya, semua kita lakukan berdasarkan kajian-kajian,” jelas Mangkunegara X.
Energi Terbarukan
Sebelumnya, PT PLN (Persero) telah menjadikan Istana Pura Mangkunegaran, Surakarta sebagai cagar budaya pertama yang memakai Renewable Energy Certificate (REC). Dalam keterangan tertulis PLN disebutkan bahwa KGPAA Mangkunegara X menjelaskan langkah Istana Pura Mangkunegaran memakai REC milik PLN ini sebagai bentuk komitmen Istana dalam mendorong masifnya penggunaan energi bersih.
“Kenapa kita melakukan ini, karena Mangkunegaran sebagai pusat budaya harus terus berkembang, salah satunya memperhatikan dan menjawab isu yang berkembang selama ini. Melalui penggunaan energi bersih sebagai sumber energi listrik Istana Mangkunegaran turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon,” ujarnya.
KGPAA Mangkunegara X menilai sebagai warisan cagar budaya, Pura Mangkunegaran tidak hanya berfokus kepada pelestarian kebudayaan tetapi juga kepada pelestarian lingkungan.
Sebagai pusat kebudayaan, Pura Mangkunegaran juga akan menanamkan pesan-pesan penggunaan energi bersih berdampingan dengan pesan pelestarian kebudayaan sehingga masyarakat lebih perhatian terhadap isu lingkungan.
“Ke depan kami berharap akan semakin banyak pihak khususnya dari kalangan anak muda yang peduli dan mendukung gerakan penggunaan energi hijau ini dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Dan mereka dapat menularkan semangat ini kepada generasi muda lainnya,” ujar dia.
Sementara itu Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan siap mendukung langkah Istana Pura Mangkunegaran untuk menggunakan energi bersih melalui REC. Sebagai dukungan itu, PLN menyerahkan 20 unit REC atau setara dengan 20 MWh listrik bersih.
“Kami siap mendukung langkah baik Kanjeng Gusti untuk membawa Istana beralih ke sumber energi bersih. Istana Pura Mangkunegaran menjadi cagar budaya pertama yang memakai energi REC dari PLN,” ujar Darmawan sembari menambahkan, REC yang diserahkan ke Istana Pura Mangkunegaran ini bersumber dari PLTP Kamojang.
REC merupakan salah satu inovasi produk hijau PLN untuk mempermudah pelanggan dalam mendapatkan pengakuan atas penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang transparan, akuntable dan diakui secara internasional serta tanpa harus mengeluarkan biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur.
“Melalui REC, PLN menghadirkan opsi untuk pemenuhan target sampai dengan 100 persen penggunaan energi terbarukan. Cara pembeliannya pun relatif mudah dan cepat,” tutur dia.
Saat ini pembangkit green energy milik PLN yang terdaftar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW, PLTP Lahendong 80 MW dan PLTA Bakaru 130 MW, atau setara 2.500.000 MWh per tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait:
Advertisement