Said Didu: Kerusuhan Morowali adalah Puncak Letusan Ketidakadilan di Industri Tambang
Eks Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu menyatakan kerusuhan antarpekerja di PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), Morowali Utara, merupakan puncak letusan dari ketidakadilan yang berlangsung di industri tambang.
Menurut dia, ketidakadilan yang dialami oleh pekerja industri tambang telah terjadi selama berangsur-angsur. Sedangkan tingkat ketidakadilannya itu sendiri terbilang cukup tinggi.
"Kerusuhan di sana [Morowali], saya tidak yakin itu bisa dihentikan, karena itu adalah api dalam sekam karena ketidakadilan yang sangat tinggi," kata dia, dikutip dari kanal Youtube MSD, Rabu (1//2/2023).
Baca Juga: DPRD Sulteng: Akar Kasus Morowali Itu Ada di Jakarta
Ketidakadilan yang berlangsung mulai berlangsung dari titik pusat. Kebijakan pusat membuat pengusaha asing terbebas dari pajak sehingga banyak mesin-mesin dari negaranya yang masuk tanpa diaudit.
Tak hanya mesin, mereka juga bebas memasukkan tenaga kerja asing (TKA) ke industri tambang dalam negeri. Minimnya pengawasan terhadap masuknya TKA membuat tenaga kerja Indonesia (TKI) makin terpinggirkan.
"Misalnya, ketika mereka membutuhkan insinyur. Apakah tidak ada insinyur dari Indonesia yang mampu mengerjakannya? Baru TKA diizinkan masuk," ujar dia.
Terlebih, pemerintah pusat juga menghapus kebijakan wajib berbasa Indonesia. Alih-alih TKA yang menyesuaikan diri dengan kultur Indonesia, Said melihat justru TKI yang dipaksa untuk beradaptasi dengan kultur asing.
"Terlalu banyak 'karpet merah'. Mulai dari 'karpet merah' aturan investasi, 'karpet merah' tenaga kerja, 'karpet merah' perlakuan kepada orang asing. Menurut saya, ini membikin sakit hati kita semua," ungkap Said.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement