Gempa Turki Dicap Pakar Seismologi Jadi yang Terdahsyat di Dunia, Begini Penjelasan Ilmiahnya
Gempa bumi sekuat ini dirasakan di wilayah yang luas di sepanjang zona patahan, seismolog menjelaskan, menambahkan bahwa gempa susulan juga terjadi di sepanjang jalur yang berbeda.
Tobin mengatakan bahwa gempa sebesar ini tersebar di wilayah yang sangat luas di garis patahan, menambahkan bahwa gempa susulan juga terjadi di berbagai titik di sepanjang wilayah tersebut.
Baca Juga: Ngeledek Korban Gempa Turki, Charlie Hebdo Jadi Sasaran Netizen Dunia: Memalukan, Menyedihkan!
Namun, gempa kedua yang terjadi hanya sembilan jam setelah yang pertama terjadi pada patahan berbeda yang diketahui tetapi "mungkin kurang umum terjadi gempa bumi besar".
“Kombinasi ini sungguh sangat disayangkan, sebuah tragedi yang mengerikan, karena gempa pertama sangat merusak dan kemudian yang kedua mengguncang tempat-tempat yang sudah rusak akibat gempa pertama,” katanya.
Turkiye 'terjepit di antara dua patahan'
Tobin menggarisbawahi bahwa gempa bumi disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik, dengan daratan Turkiye "terjepit" di antara patahan Anatolia Utara dan Anatolia Timur, atau membagi retakan di antara lempengan yang "terjebak bersama".
"Jadi, yang terjadi adalah patahan itu macet dan disatukan oleh gesekan, seperti ketika Anda mencoba mendorong perabot yang berat, Anda tahu, awalnya menolak, tidak bergerak. Itu menambah ketegangan di Kerak bumi," katanya.
"Dan kemudian ketika gempa terjadi, itu melepaskan semua itu dalam satu menit atau sekitar itu," ujar Tobin.
Gempa hari Senin, yang merupakan hasil dari akumulasi tekanan dari gerakan lempeng tektonik selama ratusan tahun saat Afrika bergerak ke utara dan Arab mendorong ke timur, menyebabkan lempeng Anatolia bergeser total sekitar tiga meter (kira-kira 9,8 kaki).
"Jadi ya, gerakan beberapa meter yang terjadi karena patahan ini, sebenarnya adalah akumulasi ketegangan dari gerakan tektonik lempeng selama ratusan tahun, jadi beberapa sentimeter per tahun, berjumlah beberapa meter dalam satu gempa," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement