Kredit Foto: Twitter/Anies Baswedan
Tanpa diduga sebelumnya, relawan Anies Baswedan rupanya telah berkembang pesat ke berbagai daerah yang juga meliputi kecamatan, kelurahan, dan pedesaan. Sosiolog, Musni Umar, secara gamblang setuju dengan pernyataan tersebut. Ia bahkan mengibaratkan pertumbuhan relawan Anies seperti jamur yang tumbuh di musim hujan.
"Relawan Anies tumbuh laksana jamur di musim hujan. Warga berbondong-bondong dirikan relawan Anies," ujar Musni Umar dikutip dari unggahan Twitter-nya, @musniumar.
Musni Umar mengatakan, relawan Anies yang pada umumnya nonpartisipan, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus kampanyekan Anies dan parpol pendukung Anies. Menurutnya, dari berbagai diskusi kecil dengan para relawan Anies, ada tiga penyebab tumbuh suburnya relawan Anies.
Baca Juga: Semangat Membara, Relawan Anies Incar Perluasan Hingga ke Kelurahan dan Desa
"Pertama, aspek ekonomi. Para pengusaha yang pernah sukses di bidang konstruksi, misalnya, di era Presiden Jokowi, mereka gulung tikar. Penyebabnya, semua proyek diberikan kepada BUMN. Kalau menjadi sub kontraktor BUMN, pengusaha kecil menengah di peras harga dan pembayarannya bisa 4 Bulan baru dibayar," lanjutnya.
Lanjut Musni Umar, mereka yang muda bergabung menjadi relawan Anies karena merasa tidak ada masa depan di era Presiden Jokowi. Mereka ingin ada perubahan agar mudah dapat pekerjaan, ada keadilan dalam bidang ekonomi.
Selain itu, Musni Umar mengatakan, emak-emak merasa apa-apa mahal terutama sembako. Kalau sudah naik harganya, tidak pernah turun karena yang menguasai sembilan bahan pokok adalah pengusaha tertentu yang berkolaborasi dengan penguasa.
Baca Juga: Pendiri KedaiKOPI: Utang Anies Sudah Kelar, Bukan Lunas atau Diikhlaskan
"Kedua, aspek politik. Partai politik yang duduk di DPR RI seolah membebek pemerintah. Sejatinya mereka menjadi pengontrol pemerintah agar cita-cita Indonesia merdeka bisa diwujudkan," tukasnya.
Sementara itu, alasan yang ketiga adalah aspek hukum. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hukum Indonesia tajam ke bawah tumpul ke atas.
"Mereka sebut kasus Sambo merupakan contoh rusaknya penegak hukum. Juga kasus PT Indosurya dengan dugaan kerugian hingga Rp106 triliun di vonis bebas oleh hakim," kuncinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait:
Advertisement