Partai Ummat Lantang Ngaku Usung Politik Identitas, Cibiran Jhon Sitorus: Makin Yakin Kalian Musuh Persatuan Bangsa
Pegiat media sosial Jhon Sitorus mengkritik keras pernyataan Partai Ummat yang lantang mengakui memakai dan mengusung politik identitas jelang Pemilu 2024. Pernyataan ini, kata Jhon, semakin membuktikan jika partai Amien Rais ini akan menghalalkan segala cara demi mencapai ambisi politik.
"Terimakasih telah mengakui jika kalian adalah bagian dari politik identitas. Yang menghalalkan segala cara demi ambisi politik, yang menjadikan rumah ibadah sebagai sarana kampanye," kritik Jhon dalam akun Twitternya @/Miduk17, Selasa (14/2/2023).
Baca Juga: Tak Cuma Incar Anies, Politik Identitas Akan Dibawa Jajarannya Amien Rais: Kami Akan Melawan...
Jhon melanjutkan, langkah Partai Ummat itu membuat nilai-nilai ibadah menjadi bias. Terlebih, mereka dinilai akan menjadikan ibadah sebagai sarana politik.
"Karena kalian, maka nilai-nilai ibadah semakin bias karena ibadah bukan lagi tujuan, tetapi sarana politik," tambahnya.
Tak sampai di situ, Jhon bahkan menyebut Partai Ummat sebagai musuh persatuan bangsa. Pasalnya, strategi politik identitas selama ini kerap mengancam perpecahan masyarakat Tanah Air.
"Kami juga semakin meyakini, jika kalian adalah musuh persatuan bangsa. Tak ada dalam Pancasila mengakui bahwa politik identitas diperbolehkan," semprot Jhon.
"Beridentitas boleh, tetapi mempolitisasi identitas maka hati-hati. Yang terjadi adalah perpecahan saudara sebangsa. Kami tak ingin demikian," tandasnya.
Kritikan tajam yang disampaikan Jhon Sitorus itu langsung menuai atensi warganet. Mereka membanjiri kolom komentar dengan beragam pendapat. Banyak dari mereka yang mendukung kritikan Jhon dan menyoroti strategi Partai Ummat yang berniat memainkan politik identitas.
"Harus kita lawan," sahut warganet.
"Gak lolos Pemilu 2024 bubar. 2029 bentuk lagi nama baru, itulah peran agen atau broker sejati, tak peduli meski harus jual agama. Pemilik bahagia, sponsor kecewa," sentil warganet.
"Padahal mendirikan partai dan ikut pemilu mendaptkan subsidi dari pemerintah dan ada undang-undangnya, tapi juga memusuhi pemerintah," komentar warganet.
"Gak akan laku partai yang tidak nasionalis," semprot warganet.
"Lama-lama bukan mayoritas lagi, tetapi menjadi minoritas karena yang lain dan yang tidak sepaham sudah dikafir-kafirkan. Kelak akan terbukti, karena faktanya tidak meciptakan kedamaian tetapi malah menghancurkan peradaban," kritik warganet.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement