Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Open Internet di Balik Strategi Pertumbuhan WeTV

Open Internet di Balik Strategi Pertumbuhan WeTV Kredit Foto: Tri Nurdianti
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saat ini, banyak masyarakat Indonesia menghabiskan kualitas waktunya untuk melepas penat dengan menikmati konten melalui OTT/CTV yang merupakan bagian dari ekosistem Open Internet (OI).

Dari hasil riset terbaru The Trade Desk bersama Kantar berjudul Gateway to the Open Internet, mencatat bahwa dari 71 menit rata-rata perjalanan orang-orang di Jakarta, 50% waktu perjalanan dihabiskan di OI dengan porsi 12% pada OTT/CTV.

Apalagi saat ini permintaan akan konten premium di OTT/CTV terus meningkat dengan adanya K-Wave serta pertumbuhan permintaan akan konten lokal seperti series maupun film.

Baca Juga: Potensi Besar Open Internet untuk Periklanan Digital Brand di Indonesia

Dalam laporan The Trade Desk, Rose Huskey selaku Chief Client Officer Asia Pasifik Wavemaker manyampaikan bahwa penelitian menunjukkan konsumen lebih menyukai konten yang ada di OI dibandingkan dengan walled garden. Termasuk mereka mempercayai informasi di OI di mana iklan di OI lebih berdampak, relevan, dan inovatif.

WeTV sebagai bagian dari ekosistem OI juga nampaknya mengalami dampak dari peningkatan permintaan konten di OI. Country Head Indonesia WeTV, Lesley Simpson menyampaikan bahwa OI telah membawa dukungan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan, terutama kaitannya dengan peningkatan konten premium yang disajikan kepada konsumen di Indonesia. Hal ini karena OI mampu memberikan dukungan pembiayaan kepada perusahaan melalui sistem advertising-based.

"Sudah pasti [OI berdampak] karena untuk membawa konten premium membutuhkan biaya yang sangat besar bahkan untuk membangun sebuah platform dengan teknologi juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Bahkan kita tahu cedera banget kalau misalnya ada pembajakan misalnya atau yang lainnya, karena pada akhirnya untuk membawa konten yang premium itu perlu dikurasi, perlu diproduksi, dan apalagi dunia teknologi berkembang sangat pesat, jadi pada akhirnya kalau tidak didukung dengan advertising-based mungkin [tidak akan bisa berkembang]," tutur Lesley dalam acara media pada Rabu (16/2/2023).

Ia menambahkan, "Indonesia kan terkenal banget dengan ingin enjoy entertaiment gratis, sedangkan yang kita kenal ada beberapa brand global selama ini mereka mulai dengan subscription-based dulu, karena untuk menciptakan konten hiburan yang berkualitas premium butuh dana yang sangat besar kan, jadi pada akhirnya sulit untuk maintain dengan beberapa pasar mungkin di dunia mungkin yang belum terlalu terbuka untuk adanya subscription saja. Nah jadi dari awal WeTV membangun yang namanya sistem hybrid, jadi iklan dahulu, advertising-first."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: