Studi: Ada Kesenjangan Adopsi Solusi Siber antara C-Level dan Rekan TI
Studi terbaru yang dirilis oleh perusahaan global cybersecurity Kaspersky menemukan bahwa sepertiga (37%) C-Level di wilayah Asia Tenggara berjuang keras untuk menyamakan pemahaman terkait adopsi solusi keamanan baru dengan rekan TI mereka.
Tidak hanya itu, peningkatan anggaran untuk keamanan siber juga menjadi salah satu topik alot untuk didiskusikan bersama dengan manajemen non-TI.
"Ada kesenjangan komunikasi yang jelas antara pembuat keputusan perusahaan, eksekutif C-Level non-IT, dan tim keamanan teknis yang bertanggung jawab tas postur keamanan siber perusahaan. Hal ini mengkhawatirkan karena studi yang sama menunjukkan miskomunikasi antara kedua kelompok memiliki dampak negatif seperti keterlambatan proyek yang kritikal (67%), satu atau lebih insiden keamanan siber (66%), dan pemborosan anggaran (60%)," tutur Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Chris Connell dalam pernyataannya pada Jumat (17/2/2023).
Baca Juga: Valentine Tiba! Waspada Ancaman Siber Kencan Online!
Berdasarkan studi dari Kaspersky, polling yang telah dilakukan mencatat bahwa mayoritas pekerja TI mengatakan bahwa alasan utama penurunan anggaran keamanan siber adalah karena manajemen puncak tidak melihat alasan untuk berinvestasi banyak di bidang ini.
Menjawab alasan dibalik hal ini, studi Kaspersky menamukan bahwa 60% manajer puncak di Asia Tenggara berpendapat bahwa karyawan keamanan TI harus mengomunikasikan risiko dunia maya dengan lebih baik ke bisnis, dan hanya 6% pekerja keamanan siber di wilayah ini mengakui bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menjelaskan pekerjaan mereka kepada kolega dan eksekutif non-TI.
Penyebab dari miskomunikasi yang ada, terdapat tiga topik yang paling sulit diperbincangan di antara C-Level dengan karyawan TI, antara lain mencakup adopsi solusi keamanan baru (37%), kepatuhan terhadap peraturan keamanan (37%), dan perubahan pada kebijakan keamanan siber (33%).
Di sisi lain, tema tersulit bagi karyawan TI untuk dibicarakan bersama dengan eksekutif non-TI mencakup: peningkatan anggaran keamanan TI (55%), memperluas tim keamanan TI (54%), dan peningkatan kesadaran keamanan siber di kalangan karyawan (52%).
VP Corporate Products Kaspersky Ivan Vassunov mengatakan, dapat diasumikan bahwa eksekutif non-TI berjuang untuk membahas penerapan solusi keamanan siber baru karena banyaknya istilah dan konsep teknis yang rumit yang sering digunakan oleh staf keamanan TI.
Di sisi lain, kesulitan pembahasan mengenai peningkatan anggaran karena eksekutif C-Level mengharapkan staf TI menggunakan metrik bisnis untuk membenarkan kebutuhan mereka.
Dalam hal menemukan solusi, mayoritas responden dari Asia Tenggara setuju bhaw cara para efisien untuk memfasilitasi diskusi tentang masalah keamanan TI adalah dengan memilih contoh kehidupan nyata dan menggunakan laporan serta angka.
Selain topik ini, eksekutif C-Level juga mengatakan bahwa mengutip referensi pendapat otoritatif (49%) akan memungkinkan mereka untuk lebih memahami staf keamanan TI mereka. Sebaliknya, tim TI percaya bahwa cerita keamanan siber (52%) akan membantu mereka berkomunikasi lebih baik dengan para eksekutif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement