Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Refly Harun Pertanyakan Alasan Megawati Serang Ibu-ibu Pengajian, Padahal yang Arisan Sampai Lupa Waktu Juga Banyak

Refly Harun Pertanyakan Alasan Megawati Serang Ibu-ibu Pengajian, Padahal yang Arisan Sampai Lupa Waktu Juga Banyak Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Refly Harun mempertanyakan pernyataan Megawati Soekarnoputri yang nyinyir kepada Ibu-ibu pengajian karena dianggap tidak mengurusi anak-anak mereka.

Padahal menurut Refly, Megawati bisa saja mengambil contoh ibu-ibu yang arisan yang lupa waktu, maka tidak akan membuat publik terlalu heboh.

"Kesalahan Megawati adalah memberikan contoh pengajian, kenapa dia kasih contoh pengajian, kenapa dia gak kasih contoh yang lain, yang barangkali bisa lebih acceptable," ujarnya dikutip dari YouTube Refly Harun, Kamis (23/2/23).

Baca Juga: Sibuk Serang Anies, Refly Harun Peringatkan Pendukung Jokowi: Padahal, Megawati yang Olok-olok

"Sebagai contoh ibu-ibu yang kerjanya arisan melulu, kumpul-kumpul, ngerumpi, lebih baik ngurus anak, itu betul," imbuhnya 

Mengenai hal ini, Refly juga menyebut urgensi atau pembahasan yang Ibu dari Puan Maharani sampaikan tersebut yakni soal nasib anak-anak tentang gizi mereka tak ada yang salah, tetapi menggunakan “ibu-ibu pengajian” sebagai contoh adalah hal yang tak tepat.

“Apa yang dikatakan Megawati itu tidak salah, tetapi mengapa didikotomikan dengan pengajian?” ujar Refly.

“Itu yang Aneh sebenarnya, pengajian itu berapa bulan sekali sih? Apakah iya Ibu-ibu pengajian sampai menelantarkan anak? Kenapa contohnya pengajian, kenapa nggak melihat yang lain yang jauh lebih menjadi penyebab?” lanjut Refly.

Lanjut Refly, persoalan stunting, gizi anak, pendidikan, dll tentu tidak bisa dilimpahkan pada perkara domestik rumah tangga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: