Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkop-UKM: Rasio Kewirausahaan Jadi Prasyarat Indonesia Menuju Negara Maju Tahun 2045

Menkop-UKM: Rasio Kewirausahaan Jadi Prasyarat Indonesia Menuju Negara Maju Tahun 2045 Kredit Foto: Kemenkop-UKM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki mengatakan, rasio kewirausahaan menjadi prasyarat Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045 sehingga Indonesia harus memiliki rasio entrepreneur, pengusaha, maupun wirausaha minimal sebesar 4 persen dari populasi penduduk.

"Salah satu prasyarat menjadi negara maju adalah entrepreneur-nya. Jadi, bukan sekadar infrastruktur, pembangunan SDM, melainkan juga kita harus menyiapkan pengusaha-pengusaha yang unggul yang inovatif," ucap Menkop-UKM Teten dalam keterangannya, Jumat (10/3/2023).

Baca Juga: Bentuk Tim Khusus, Kemenkop-UKM Lanjuti Penanganan KSP Indosurya dan Koperasi Bermasalah Lainnya

Menurutnya, saat ini Indonesia baru mencapai rasio kewirausahaan sebesar 3,47%. Jika dibandingkan dengan Singapura yang jumlah penduduknya 5 jutaan, pengusahanya sudah mencapai 8,6% dari total penduduknya. Sementara, Malaysia maupun Thailand sudah di atas 4 persen, bahkan di negara maju rata-rata sudah 10-12%.

Ditegaskan Menkop-UKM, pada 2045 di usia 100 tahun, Indonesia akan menjadi empat kekuatan ekonomi besar dunia setelah Amerika, China, dan India. Saat ini, seluruh proses pembangunan yang sekarang dijalankan oleh Pemerintahan disiapkan sebagai road to Indonesia Maju di 2045.

Hal tersebut menjadi alasan penting bagi perguruan tinggi dalam menyiapkan anak-anak muda, sarjana-sarjana Indonesia untuk menjadi entrepreneur. "Entrepreneur itu apa, yaitu menciptakan lapangan kerja, bukan lagi nanti kita mencetak mahasiswa yang mencari kerja," katanya.

Oleh karena itu, Menkop-UKM Teten Masduki mengajak seluruh kampus untuk menjalin kerja sama untuk mencetak anak-anak muda Indonesia menjadi entrepreneur. Termasuk mendorong keterlibatan BMWI untuk mendongkrak rasio kewirausahaan dalam negeri.

Kurikulum Merdeka Belajar yang diinisasi Kemendikbud Ristek dinilainya tepat karena mahasiswa lebih banyak melakukan magang daripada sekadar teori. Bahkan, sejak pertama masuk, mahasiswa sudah bisa membuat bussiness plan sehingga ketika lulus bukan hanya punya ijazah, melainkan bisnisnya pun sudah jalan.

Menurut Menteri Teten, beberapa universitas di Indonesia di fakultas binisnya sudah melakukan hal tersebut. Ditambah, ada survei di kalangan anak muda di dalam negeri dan Asia Pasifik bahwa 70 persen lebih anak muda sekarang tidak ingin menjadi pegawai baik pegawai pemerintah atau swasta, tapi mereka ingin jadi pebisnis.

Tak hanya itu, Menkop-UKM mengimbau agar para calon wirausaha ini menciptakan apa yang menjadi keunggulan domestik. Untuk itu, penting di perguruan tinggi, bagaimana menyinergikan riset di universitas dengan inkubator bisnisnya.

Apalagi risetnya di perguruan tinggi saat ini sudah bisa di-support dengan adanya matching fund dari Kemendikbud, yang bisa digunakan untuk riset-riset pengembangan produk bisnis sehingga dari hasil riset itu produknya bisa komersial dan unggul.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: