Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

SVB Runtuh, Komunitas Kripto Kembali Jagokan Bitcoin

SVB Runtuh, Komunitas Kripto Kembali Jagokan Bitcoin Bitcoin | Kredit Foto: Unsplash/Jonathan Borba
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) yang terjadi pada 10 Maret lalu telah memberikan pengaruhnya terhadap industri kripto, termasuk ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan. Namun di tengah situasi ini, banyak orang dari komunitas kripto mulai lari ke akar kripto, yaitu menghidupkan kembali buku putih Bitcoin.

Dilansir dari Cointelegraph pada Senin (13/3/2023), mengenai buku putih Bitcoin yang diterbitkan hanya beberapa minggu setelah krisis Lehman Brothers pada tahun 2008 lalu, Founder & CEO Messari Ryan Selkis menyampaikan bahwa saat ini adalah masa baru untuk kembali menghidupkan buku putih Bitcoin.
Ia mengatakan, "ada seluruh generasi pembangun yang hanya membaca tentang Lehman dan krisis keuangan dan mencemooh Bitcoin. Sekarang, mata mereka terbuka lebar. Selamat datang teman-teman baru."

Baca Juga: Keruntuhan Silicon Valley Bank dan Akibatnya terhadap Stablecoin

Buku putih Bitcoin dirilis oleh Satoshi Nakamoto sebagai jalan kemunculan jaringan Bitcoin pasca keruntuhan bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat, Lehman Brothers. Kini komunitas kripto melihat keruntuhan SVB sebagai hal yang sama dengan menjagokan kembali Bitcoin untuk menjadi solusi yang mengatasi masalah yang ada.

Keruntuhan SVB telah banyak memengaruhi perusahaan kripto dan perusahaan teknologi. Sebagian pihak menyatakan bahwa keruntuhan SVB merupakan suatu kegagalan yang diakibatkan oleh kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, di mana menjadi yang tertinggi sejak tahun 2007. Kini ekosistem stablecoin merasakan efek langsung dari keruntuhan SVB karena USDC diturunkan dari dolar AS.

Akibatnya, pengaruh agunan USDC mendorong stablecoin lain untuk turun dari dolar. Seperti laporan Cointelegraph mencatat bahwa Dai (DAI) yang dikeluarkan oleh MarkerDAO telah kehilangan 7,4% nilainya karena depegging USDC. Adapun stablecoin populer lainnya seperti Tether (USDT) dan Binance USD (BUSD) terus mempertahanka  patok 1:1 dengan dolar AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: