Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pede Pendapatan per Kapita Indonesia Bisa Tembus US$10.000 pada 2045, Luhut: Hilirisasi Jadi Kunci!

Pede Pendapatan per Kapita Indonesia Bisa Tembus US$10.000 pada 2045, Luhut: Hilirisasi Jadi Kunci! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah berambisi Indonesia bisa menjadi negara maju dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$10.000 pada 2045 mendatang. Guna mencapai visi tersebut, Pemerintah menilai pemanfaatan dan optimalisasi komoditas mineral yang Indonesia miliki menjadi penting.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa hilirisasi atau pengolahan bahan mentah menjadi produk industri dan penerapan transformasi ekonomi menjadi salah satu kunci mencapai Indonesia Emas 2045.

"Terlebih dengan meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan produk teknologi ramah lingkungan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran strategis di pasar global," ungkapnya,saat menghadiri Business Forum di Seoul, dikutip dari keterangan resmi, Minggu (26/3/2023).

Baca Juga: Kabar Baik Soal Insentif Motor Listrik, Luhut: Sudah Berlaku Hari Ini!

Mengutip data dari Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral dan Statista (ESDM), Indonesia menjadi negara dengan candangan nikel terbesar di dunia, timah kedua di dunia, bauksit keenam di dunia, tembaga ketujuh di dunia, serta memiliki 437,4 GW potensi energi baru terbarukan, yang mencakup solar, air, angin, bioenergi, geothermal, dan laut.

"Di tahun 2045 nanti, Indonesia berambisi menjadi negara maju dengan Produk Domestik Bruto (PDB) USD 10,000. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus mampu melakukan setidaknya lima hal," papar Luhut.

Ada pun lima hal tersebut, antara lain: memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global; meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi; memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa; mitigasi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi; dan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.

"Dalam rangka menerapkan poin tersebut, transformasi ekonomi yang mempertimbangkan kebijakan hilirisasi juga menjadi faktor penentu perekonomian Indonesia," kata Luhut.

Menurutnya, Implementasi kebijakan hilirisasi selama ini terbukti memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, dengan meningkatkan nilai ekspor, memberikan kontribusi terhadap PDB, memperbaiki neraca perdagangan, penyerapan tenaga kerja, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa untuk pemerataan pembangunan dan sebagainya. 

“Akibatnya sekarang ada banyak investasi yang tidak hanya fokus di Pulau Jawa dan jumlah ekspor kita pun meningkat,” pungkas Luhut.

Baca Juga: 'Nggak Mungkin Jokowi Utus Lord Luhut ke Surya Paloh Kalau Nggak Ngomongin Anies Baswedan', Refly Harun: Terus Bahas Apa?

Dia lalu menuturkan, di masa mendatang, kebijakan hilirisasi akan mencakup pendirian kawasan industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin pesat dan tren ekonomi hijau; mengalokasikan sumber energi rendah emisi (hijau) untuk industri bernilai tambah tinggi; serta membentuk talent pool yang berkualitas melalui program screening bagi lulusan sarjana jurusan teknik dan sains untuk diarahkan bekerja di perusahaan kelas dunia di bidang teknologi. 

“Kebijakan investasi dan insentif didorong untuk menciptakan ekosistem industri yang komprehensif dan berdaya saing tinggi juga akan didorong,” tegasnya.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan, aspek kelestarian lingkungan pun menjadi faktor lain yang perlu diperhatikan. Investasi di industri daur ulang baterai lithium, transisi ke penggunaan karbon rendah emisi, dan masa depan climate resilient, serta Just Energy Transition Partnership yang ditandatangani saat G20 2022 menjadi komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan Persetujuan Paris.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: