Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Beras Masih dalam Tren Naik, Pemerintah Salah Jurus?

Harga Beras Masih dalam Tren Naik, Pemerintah Salah Jurus? Kredit Foto: Antara/Patrik Cahyo Lumintu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) dinilai belum sepenuhnya efektif mengatasi fluktuasi harga beras di tingkat konsumen. Belum efisiennya proses produksi dan panjangnya rantai distribusi turut berkontribusi terhadap harga beras di pasar, yang biasanya lebih tinggi dari HET.

“Kalau pelaku usaha dipaksa untuk mengikuti harga HET dengan menekan margin, maka yang akan terjadi adalah tidak ada pelaku pasar yang akan menjual beras domestik. Hal ini akan berdampak pula di sektor hulu dengan berkurangnya pendapatan petani gabah,” Kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Mukhammad Faisol Amir di Jakarta, kemarin.

“Dampak selanjutnya adalah bukan tidak mungkin penggilingan menengah juga akan berhenti berproduksi. Masalah-masalah ini akhirnya akan merusak perdagangan beras di tanah air,” tambahnya.

Faisol melanjutkan, kebijakan HET itu berpeluang memicu adanya pasar gelap dan meningkatkan risiko kelangkaan beras. Peluang terjadinya percampuran beras kualitas medium dengan beras dengan kualitas lebih rendah pun dapat terjadi. Hal-hal ini tentu akan merugikan konsumen.

Penetapan harga untuk GKP di tingkat petani dan GKP di tingkat penggilingan yang sebelumnya sudah dilakukan juga tidak menjamin kestabilan harga karena harga pasar selalu lebih tinggi daripada harga yang diatur oleh pemerintah. 

Adanya kesenjangan harga ini pada akhirnya membuat petani lebih memilih untuk menjual beras kepada pihak swasta yang mau membayar lebih mahal dari harga yang sudah ditetapkan. Penetapan HET di tingkat penjual juga tidak efektif karena harga jual sudah lebih tinggi dari HET.

Baca Juga: Pak Jokowi, Harga Beras Masih Naik di 60 Kota

Dikesempatan berbeda, dalam rangka menjaga stabilisasi harga beras di tingkat konsumen, Perum Bulog telah menyalurkan sebanyak 553.643 ton beras melalui program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP).

“Adapun realisasi penyaluran SPHP sampai tanggal 31 Maret 2023 sebanyak 553.643 ton beras,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Untuk dapat menjangkau masyarakat lebih luas, beras Bulog ini bukan hanya disalurkan ke pasar tradisional tapi juga disalurkan melalui ritel ritel modern, seperti Transmart, Ramayana Indogrosir, Indomart dan Alfamart seluruh Indonesia.

“Bulog berupaya agar penyaluran SPHP beras dapat menjangkau konsumen secara langsung,” kata Budi. Sebelumnya, Budi mengatakan stok beras yang dikuasai Bulog saat ini hanya mencapai 245.223 ton.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: