Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biomassa Sawit Sediakan Alternatif Solusi Permasalahan Sampah Plastik Konvensional

Biomassa Sawit Sediakan Alternatif Solusi Permasalahan Sampah Plastik Konvensional Pekerja menaikkan buah kelapa sawit yang baru panen di kawasan perkebunan sawit di Desa Berkat, Bodong-Bodong, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Kamis (10/3/2022). Harga buah tandan segar (BTS) kelapa sawit nasional saat ini berada di level terendah di Papua Barat sebesar Rp2.756,73 per kilogram dan tertinggi di Sumatera Barat sebesar Rp3.733,02 per kilogram dan diprediksi akan naik terkait konflik Rusia dan Ukraina. | Kredit Foto: Antara/Basri Marzuki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 - 500 tahun untuk dapat terurai dengan sempurna. Lamanya waktu dibutuhkan oleh plastik untuk terurai, mengakibatkan sampah plastik akan mencemari tanah, sungai, laut bahkan udara. Alternatif solusi dari permasalahan sampah plastik tersebut salah satunya ialah dengan mengganti plastik konvensional ke biodegradable plastic atau bioplastik. 

“Bioplastik merupakan plastik ramah lingkungan yang secara alamiah dapat dengan mudah terdegradasi sehingga setelah habis dipakai dan dibuang akan hancur terurai oleh mikroorganisme tanpa meninggalkan zat beracun,” catat PASPI Monitor. 

Baca Juga: NTP Maret Meningkat Tajam, BPS: Kelapa Sawit, Kopi dan Karet Jadi Paling Dominan

Dalam sumber yang sama disebutkan, salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk pembuatan bioplastik sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Biomassa sawit tersebut banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga berpotensi dan cocok dijadikan sebagai bahan baku bioplastik. 

Salah satu senyawa kimia yang dapat dihasilkan dari selulosa TKKS adalah asam laktat yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan polimer biodegradable berupa poli asam laktat (PLA). Polimer tersebut, catat PASPI dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti polimer konvensional seperti Polyethylene (PE), Polypropylene (PP), Polyethylene terephthalate (PET), maupun polystyrene (PS).

Berdasarkan riset LIPI yang dirangkum PASPI diketahui bahwa PLA berasal dari TKKS yang kaya akan selulosa dan hemiselulosa sebagai sumber glukosa berpotensi besar untuk dikonversikan menjadi asam laktat melalui proses fermentasi oleh bakteri dan kemudian asam laktat tersebut dipolimerisasi menjadi PLA. Tidak hanya dari TKKS, PLA tersebut juga dapat diperoleh dari gliserin sebagai joint product biodiesel sawit.

Baca Juga: ISPO & RSPO Harus Bersinergi, Kunci Teratasinya Persoalan Traceability dalam Industri Sawit

Dalam laporan PASPI dicatatkan, penelitian IPB terbaru juga menghasilkan bioplastik sawit ramah lingkungan berbasis biomassa TKKS melalui penerapan nanoteknologi pada selulosa. Penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan karakteristik mekanik polimer bioplastik sawit sehingga dapat menghasilkan produk bioplastik sawit dengan kualitas yang lebih baik daripada produk sejenis di pasaran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: