Minyak sawit juga merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan oleokimia. Alasan utamanya lantaran harga yang ditawarkan minyak sawit lebih rendah dibandingkan minyak/lemak alami lainnya dan ketersediaannya yang juga tinggi di pasar dunia.
Melansir laporan PASPI, oleokimia kelapa sawit merupakan hasil konversi minyak sawit (CPO, RBDPO, Olein, Stearin, PFAD dan PKO) melalui teknologi proses fisika/kimia/biologi ataupun kombinasinya menjadi produk-produk asam lemak (fatty acid), alkohol lemak (fatty alcohol), metil ester, dan gliserol.
Baca Juga: Yuk Intip! PLTBg Berbasis Limbah Cair Sawit Ini Resmi Beroperasi di Riau
Dalam sumber yang sama disebutkan, oleokimia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu oleokimia dasar dan oleo-derivatives.
Oleokimia dasar terdiri atas fatty acid, fatty ester, fatty alcohol, dan gliserol. Dari produk oleokimia dasar, dengan proses lebih lanjut bisa didapatkan oleokimia derivates dan produk akhir yang bisa langsung dinikmati oleh konsumen.
Oleokimia derivates terdiri atas sabun, deterjen, beberapa jenis surfaktan, emulsifier, dan soap noodle.
"Di Indonesia telah diproduksi sekitar 32 jenis produk oleokimia dasar dan oleo-derivatives. Namun, perkembangan produk oleokimia sawit di Malaysia lebih maju dengan 120 jenis produk oleokimia dasar dan oleo-derivatives," catat PASPI.
Baca Juga: Indonesia Mempersempit Ruang Lingkup Perdagangan Minyak Sawit di Bursa Terencana
Dalam kehidupan sehari-hari, produk-produk oleokimia memiliki berbagai macam pemanfaatan dalam industri kosmetik, makanan, farmasi, dan deterjen.
Beberapa produk yang dihasilkan dari proses oleokimia meliputi minyak sawit, ester, dan surfaktan. Oleokimia sawit dianggap lebih ramah lingkungan karena proses produksi tidak menghasilkan limbah beracun dan berbahaya seperti pada industri kimia konvensional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement