Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Malu-maluin, Pemuda Amerika Buta Sejarah Perang Dunia II, Rusia Bongkar Hal Ini

Malu-maluin, Pemuda Amerika Buta Sejarah Perang Dunia II, Rusia Bongkar Hal Ini Kredit Foto: Reuters/Sergei Karpukhin
Warta Ekonomi, Moskow -

Generasi muda Amerika tidak lagi ingat siapa yang berperang melawan siapa dalam Perang Dunia II, dan bahkan warga paruh baya pun tidak tahu tentang masa lalu, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Berbicara kepada para jurnalis pada hari Rabu, sekretaris pers Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa kurangnya pemahaman sejarah di kalangan orang Amerika bukan hanya "kelupaan" tetapi juga merupakan "garis yang merusak" dan memperingatkan konsekuensi dari ketidaktahuan tersebut.

Baca Juga: Klaim Kemenangan Perang Dunia II, Amerika Bandingkan Rezim Putin dengan Nazi Hitler

"Tidak mengetahui kengerian masa lalu, tidak mengetahui siapa yang menyelamatkan dunia dari wabah cokelat (fasisme), berarti bahwa tak lama lagi di Amerika akan ada generasi yang tidak dapat menilai masa kini dan masa depannya dengan bijaksana," kata Peskov.

Di sisi lain, ia mencatat bahwa Rusia terus melakukan segala upaya untuk menjaga ingatan akan kepahlawanan rakyat Soviet tetap hidup dan memastikan generasi muda mengetahui detail-detail perang yang sebenarnya.

Peskov juga mencatat kehadiran para pemimpin negara-negara bekas republik Soviet pada parade Hari Kemenangan 9 Mei di Moskow, dan menyatakan bahwa hal itu menunjukkan kemauan politik dan sosial dari negara-negara tersebut untuk melindungi sejarah ini.

"Kami akan membawa kebenaran ini kepada orang-orang di dunia, sehingga mereka yang ingin, dapat mempelajari fakta-fakta yang sebenarnya [tentang Perang Dunia II]," katanya.

Komentarnya muncul setelah Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada hari Selasa mencoba menggambarkan Rusia sebagai analogi dari Jerman Adolf Hitler, dan mengklaim bahwa "AS dan pasukan sekutu" adalah orang-orang yang mengamankan kemenangan dalam Perang Dunia II.

Jean-Pierre juga menuduh Vladimir Putin telah "menjanjikan lebih banyak kekerasan" selama pidatonya pada parade 9 Mei di Moskow.

Dalam pidatonya di Lapangan Merah, presiden Rusia itu mengecam ideologi supremasi Barat yang "menjijikkan, kriminal, dan mematikan" serta para globalis yang "mengadu domba masyarakat, memecah belah masyarakat, memprovokasi konflik dan kudeta berdarah, menabur kebencian, Russophobia, dan nasionalisme yang agresif, menghancurkan nilai-nilai keluarga tradisional yang menjadikan manusia sebagai manusia."

Putin juga mengklaim bahwa Barat telah melupakan "ambisi gila Nazi" dan siapa yang bertanggung jawab untuk mengalahkan "kejahatan total yang mengerikan ini."

Uni Soviet melakukan sebagian besar pertempuran di Eropa, dengan mengorbankan 8,7 juta tentara dan hingga 20 juta nyawa warga sipil. Hari Kemenangan menandai hari di mana sisa-sisa rezim Nazi secara resmi menandatangani penyerahan tanpa syarat kepada Uni Soviet dan pasukan Sekutu pada akhir Perang Dunia II. Meskipun dokumen tersebut ditandatangani di Berlin pada 8 Mei, karena zona waktu yang berbeda, Rusia secara historis merayakannya pada 9 Mei.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: