Bamsoet, Yasonna, Hingga Ridwan Kamil Tiba-tiba Datangi Kantor Menlu Retno, Ada Apa?
Sejumlah pejabat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri seminar nasional dalam rangka pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk Mochtar Kusumaatmadja, di Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.
Dalam kesempatan itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi hadir menyampaikan pidato pembukanya, disusul diskusi yang dilakukan oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet), Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly, hingga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Baca Juga: Menlu Retno Ajak Slovenia Kucurkan Investasi untuk Industri Hilir di Indonesia
Diketahui, para pejabat yang hadir saat itu kompak mendukung Mochtar Kusumaatmadja dikukuhkan sebagai pahlawan nasional, karena dinilai berperan penting dalam perjuangan kepentingan nasional hingga perdamaian dunia.
"Bagi saya, Profesor Mochtar Kusumaatmadja sudah merupakan seorang pahlawan, karena itu pemberian gelar pahlawan nasional bagi beliau sangatlah pantas," ujar Retno, Rabu (24/5/2023).
Retno mengakui Mochtar telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia dan dunia, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda bangsa Indonesia, terkhusus untuk para diplomat Indonesia.
Ia lalu bercerita sejumlah pencapaian Mochtar semasa hidupnya. Diketahui, Mochtar merupakan diplomat ulung yang telah menorehkan beberapa jejak penting bagi sejarah diplomasi Indonesia.
"Prof. Mochtar pernah menjadi Guru Besar Universitas Padjadjaran, Menlu Indonesia, dan menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi anggota pakar hukum internasional yang dibentuk oleh PBB. All of this in one lifetime," tutur Retno.
Selain itu, Retno menyampaikan, pertama, Mochtar berperan penting memperjuangkan pengakuan internasional terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan.
Lalu, berkat Mochtar, sebuah Deklarasi Unilateral, Deklarasi Djuanda, juga kemudian menjadi hukum internasional yang diakui dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut II Tahun 1982 (UNCLOS 1982).
"Jadi, Indonesia berhasil memperoleh gelar di wilayah perairannya tanpa mengangkat senjata. Perairan kita tidak lagi terpecah wilayahnya, tapi jadi lebih utuh sebagai NKRI. UNCLOS 1982 ini, akan terus digunakan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya," jelasnya.
Kedua, Retno mengatakan Mochtar juga mengedepankan soft power diplomacy, sebuah terobosan diplomasi pada masanya, yang sukses mempromosikan budaya Indonesia dan membangun citra positif Indonesia di kancah internasional.
"Ketiga, beliau menginisiasi mediasi konflik antara Vietnam dan Kamboja. Upaya diplomasi beliau membuka jalan bagi rangkaian proses perdamaian dengan menghasilkan Ho Chi Minh City Understanding," ungkapnya.
Baca Juga: Menlu Retno Dukung Mochtar Kusumaatmadja Segera Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Perjanjian tersebut kemudian menjadi landasan pelaksanaan Jakarta Informal Meeting, yang kemudian juga menjadi landasan bagi Paris Peace Agreement.
"Yang sampai saat ini, masih terus diingat paling tidak oleh Kamboja dan Vietnam," sambungnya.
"Sebagai Menlu, beliau paham betul pentingnya perdamaian dan stabilitas di kawasan dan ekspektasi dunia terhadap kepemimpinan Indonesia di dalam menyelesaikan berbagai konflik," tandas Retno.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Ayu Almas
Advertisement