Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menang Pilpres, Erdogan Akui Siap Ngobrol dengan Biden dan Putin

Menang Pilpres, Erdogan Akui Siap Ngobrol dengan Biden dan Putin Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Ankara -

Presiden Turki akan berbicara dengan rekan-rekannya dari Amerika Serikat dan Rusia, Joe Biden dan Vladimir Putin, setelah kemenangannya dalam pemilihan umum akhir pekan lalu.

Recep Tayyip Erdogan sibuk menerima telepon ucapan selamat dan ia diperkirakan akan berbicara dengan beberapa kepala negara dan pemimpin, termasuk presiden AS dan Rusia, kata ajudan preskden Ibrahim Kalin kepada saluran berita Turki A Haber.

Baca Juga: Menang di Pilpres, Erdogan Bikin Kaum Gay Ketakutan

"Erdogan tidak hanya akan berbicara dengan Biden dan Putin, tetapi juga dengan para pemimpin Jerman, Perancis, Israel, Yunani, Spanyol, sekretaris jenderal NATO, Belanda, Ukraina... Semua ini dijadwalkan untuk panggilan telepon hari ini," tambah Kalin.

Menurut hasil tidak resmi pada Minggu (28/5/2023), Presiden Erdogan yang sedang menjabat memenangkan pemilihan dengan 52,16% suara, sementara kandidat oposisi Kemal Kilicdaroglu mendapatkan 47,84%.

Ditanya mengenai masa depan hubungan Turki-AS, Kalin mengatakan bahwa Ankara akan melanjutkan upayanya untuk memiliki hubungan yang baik tidak hanya dengan AS namun juga dengan semua negara di dunia, dengan perspektif yang melindungi kepentingan nasional Turki.

"Yang pertama adalah dukungan yang diberikan kepada PYD dan YPG, yang dimulai pada era (Presiden Barack) Obama, dan oleh karena itu juga kepada PKK," tambah Kalin, menunjuk pada dua isu utama dalam hubungan Turki-AS.

Turki telah lama menyuarakan penentangan terhadap kerja sama AS dengan YPG, cabang PKK di Suriah, sebuah organisasi teror yang ditetapkan sebagai organisasi teroris di AS, Turki, dan Uni Eropa yang telah menewaskan sekitar puluhan ribu orang. PYD/YPG adalah kelompok utama di balik SDF, mitra utama AS di Suriah timur laut, yang konon memerangi teroris.

"Yang kedua adalah masalah FETO," kata Kalin, mengacu pada Organisasi Teroris Fetullah, kelompok yang berada di balik kudeta yang gagal pada tahun 2016 di Turki.

"Pemerintah Amerika belum mengambil langkah apa pun terkait teroris FETO hingga hari ini," ujarnya.

Sejak kudeta yang gagal pada tahun 2016, para pejabat Turki telah berulang kali mendesak ekstradisi pemimpin teroris FETO, Fetullah Gulen, yang tinggal di negara bagian Pennsylvania, namun AS belum mengabulkan permintaan Turki.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: