Puluhan Lender Gugat Fintech iGrow Milik LinkAja, OJK hingga Menkominfo
Pinjaman agribisnis tampaknya sedang mengalami masa sulit di Indonesia. Sebelumnya pada Maret, DealStreetAsia melaporkan bahwa TaniFund, cabang pemberi pinjaman dari perusahaan agritech TaniHub, dituntut pemberi pinjaman ritelnya karena meningkatnya kredit macet. Pemberi pinjaman mengeluh bahwa mereka tidak mendapatkan pengembalian investasi dan pembayaran utang yang dijanjikan.
Meskipun menjanjikan keuntungan (return) tinggi, pinjaman agribisnis juga berisiko tinggi. Panen tanaman tidak dapat diprediksi dan bahkan terkadang gagal. Permintaan juga fluktuatif.
Selain itu, segmen ini memiliki banyak pesaing, seperti lembaga keuangan mikro, kredit usaha pertanian dari pemerintah, dan lainnya, sehingga sangat menantang, ujar peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda.
Meningkatnya kredit bermasalah (NPL) P2P lender juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
“Pertama, peminjam biasanya berusia muda dan belum mapan secara finansial, sehingga berisiko menunggak. Kemudian, data credit scoring tidak mampu menggambarkan kemampuan membayar secara akurat. Tidak ada agunan, sehingga peminjam tidak memiliki risiko kehilangan apa pun,” sambung Huda.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Advertisement