Cara Memulai Bisnis Foodcourt dan Mengumpulkan Tenant untuk Bisnis Kuliner
Bisnis foodcourt bisa menjadi pilihan bisnis yang menarik bagi pebisnis kuliner. Apalagi jika kita memiliki tempat atau lokasi sendiri, sehingga tinggal menyiapkan infrastruktur, hingga beriklan untuk mencari tenant. Jika terisi penuh dan ramai, maka konsumen akan datang dengan mudah.
Namun, berbisnis foodcourt ini tidak semudah itu. Ada yang tidak berhasil, bahkan harus nombok dan tutup dalam jangka waktu pendek. Padahal bisa jadi foodcourt-nya ramai dan tenant juga banyak.
Sehingga, banyak hal yang harus dipersiapkan saat ingin memulai bisnis foodcourt. Khusunya untuk yang belum berpengalaman.
Baca Juga: Cara Mudah Memahami Logika Membangun Business Model Canvas untuk Bisnis Kuliner
Mengutip YouTube Foodizz Channel, berikut cara memulai bisnis foodcourt!
1. Proyeksi bisnis
Proyeksi bisnis meliputi modal, pemasukan, pengeluaran dan balik modal. Oleh karena itu, kamu harus membuat detail perhitungan tersebut sejak awal, berapa total modal yang dikeluarkan, dan lain sebagainya. Buat alokasi modal secara detail, mulai dari bangunan hingga marketing. Buat juga alokasi modal kerja awal untuk tiga bulan pertama.
Kemudian, buat proyeksi pendapatan, periode balik modal, proyeksi pertumbuhan bisnis dan strategi hingga close scenario.
2. Arus kas dan sumber dana
Kita juga harus memikirkan sumber dana dan arus kas. Kira-kira seberapa lama kita bisa bertahan dengan kondisi keuangan saat ini? Apa risiko keuangan yang terjadi jika proyeksi melesat?
Perlu diingat bahwa hal pertama yang pasti terjadi adalah pengeluaran biaya, dan hal yang belum terjadi adalah pendapatan/omzet.
3. Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi yang tepat harus dipertimbangkan dengan matang saat membuat foodcourt. Coba pelajari apakah ada foodcourt lain yang sukses di sekitaran lokasi. Kemudian, lihat target market apakah cukup besar dan potensial.
Lalu, cek juga apakah lokasi yang ditempati memiliki izin usaha atau tidak, disewa atau milik sendiri, kemudian apakah sudah mendapat izin dari masyarakat? Hal-hal tersebut penting dicari tahu agar terhindar dari masalah di kemudian hari.
4. Pemahaman target market dan kompetitor
Pahami siapa target market kamu, dan cari tahu foodourt seperti apa yang mereka inginkan. Mulai dari daya beli mereka, produk hingga fasilitas. Lalu mulai pikirkan bagaimana cara mereka tahu tentang foodcourt kita?
Kemudian, cari tahu tentang kompetitor, siapa mereka dan apa kelebihan serta kelemahan mereka.
5. Konsep foodcourt dan bangunannya
Konsep foodcourt perlu dibuat dengan hati-hati karena kamu perlu mengacu pada target market dan kompetitor. Hindari membuat konsep foodcourt sesuai dengan selera owner, apalagi jika owner tidak mewakili target market yang akan dituju.
Selain itu, kamu juga boleh berkonsultasi dengan ahli konsep dan branding kuliner. Ini karena jika salah dalam membangun konsep dan bangunannya, biaya ke depannya akan sangat mahal. Dampaknya, foodcourt bisa sepi tidak sesuai target market dan membutuhkan banyak biaya perbaikan setelah bisnis berjalan.
6. Pemilihan tenant yang tepat
Tenant harus dipilih berdasarkan konsep yang dibuat. Pilih tenant yang juga bisa membawa traffic untuk datang. Pilih brand terkenal atau viral bisa membuat foodcourt lebih ramai. Bisa juga kamu memilih tenant yang memang produknya pasti dibutuhkan konsumen. Misalnya, minuman kopi, nasi goreng, dan lain sebagainya.
Pilih juga tenant yang sudah berpengalaman berbisnis agar sudah paham dengan potensi dan risiko dalam berbisnis. Jika tempat kita terbatas, lebih baik jangan memilih tenant yang baru mau coba berbisnis.
7. Aturan tenant yang detail
Buat aturan tenant yang detail. Misalnya kewajiban menggunakan kaos khusus, piring khusus, tanda tangan dari pemilik tenant, bukan karyawan, dan lain sebagainya. Pastikan selalu cantumkan konsekunsi terkait pelanggaran peraturan yang sudah disepakati dan saling menguntungkan antara pemilik foodcourt dan tenant. Bisa juga menggunakan jasa notaris, tetapi tentunya dengan biaya yang besar.
8. Pengelola tenant dan bangunan
Pengelola tenant wajib dimiliki karena pasti akan ada banyak keluhan, komplain, dan lain sebagainya. Misalnya saat listrik mati.
Jika tidak ada pengelola, maka owner foodcourt-lah yang akan dicari. Ole karena itu, pertimbangkan memilih pengelola tenant yang profesional. Hindari pengelola tenant menerima cash dari tenant, pastikan wajib transfer ke rekening perusahaan atau owner foodcourt. Pastikan ada peraturan dan perjanjian tetrulis antara pengelola tenant dan owner.
9. Promosi dan sales channel
Jika semua persiapan sudah matang, maka saatnya promosi. Perkenalkan foodcourt ke target market. Buat konten promosi yang membuat target market tertarik hingga merasa 'wajib' datang. Bisa juga membuat target market merasa FOMO (Fear of Missing Out). Itulah kenapa sejak awal konsep foodcourt harus memiliki nilai jual.
Pemilihan tenant juga harus bagus agar target market datang. Selain promosi, lakukan kerja sama dengan layanan online delivery. Buat juga website khusus yang berisikan seluruh tenant. Lalu buat promo untuk big orger atau catering yang melibatkan tenant.
Namun, perlu diperhatikan bahwa promosi memerlukan anggaran rutin dari management. Sehingga, harus dimasukkan ke dalam anggaran bulanan yang pasti keluar.
10. Sewa atau bagi hasil
Baik sewa atau bagi hasil, semuanya kembali lagi ke kesepakatan antara tenant dan pemilik foodcourt. Jika yakin ramai, maka opsi bagi hasil akan sangat menarik. Wajibkan tenant menggunakan POS atau kasir yang sama agar mudah terkontrol.
Namun, jika ingin main aman, maka sewa akan lebih terukur. Ini karena jika foodcourt sepi, maka biaya sewa sudah jelas.
11. Kontrol operasional
Pemilik foodcourt tetap wajib melakukan kontrol meski sudah ada manajemen. Jika manajemen mengajukan biaya perbaikan, owner perlu mengecek biaya tersebut.
Lakukan survey juga ke tenant apakah sudah dilayani sesuai harapan? Jangan sampai manajer malah jarang datang, lalu uang malah dikorupsikan.
Lakukan kontrol secara reguler, gunakan CCTV, digital payment, dan lain sebagainya. Sesekali kirim juga mistery guest untuk mengecek berbagai hal. Berikan jobdesc, KPI hingga reward and punishment.
12. Pilihan lain yang masuk akal
Berbisnis foodcourt mungkin akan menyulitkan. Oleh karena itu harus dipertimbangkan dengan matang. Sehingga rasanya akan lebih baik untuk menyewakan satu bangunan saja sehingga memudahkan kamu memiliki pendapatan pasif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait:
Advertisement