Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prabowo Tak Terbendung, Puan-Erick Melejit

Prabowo Tak Terbendung, Puan-Erick Melejit Bakal calon presiden dari partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) menyapa simpatisan partai saat Milad ke-25 Partai Bulan Bintang (PBB) dan deklarasi calon presiden di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (30/7/2023). Partai Bulan Bintang mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2024 - 2029. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kekuatan Prabowo Subianto hampir tak terbendung lagi, setelah berhasil menyalip dan meninggalkan kedua pesaingnya sepanjang paruh awal 2023. Temuan survei Polmatrix Indonesia menunjukkan elektabilitas Prabowo mencapai 28,4 persen.

Sementara itu Ganjar Pranowo cenderung stagnan setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan, dan kini elektabilitasnya bertahan sebesar 23,5 persen. Anies makin jelas berada pada peringkat ketiga dan terus merosot elektabilitasnya, tersisa 14,7 persen.

Baca Juga: Elektabilitas Prabowo Dominan di 3 Provinsi: Jabar, Jatim, dan Banten

Pada jajaran papan tengah, Puan Maharani mengalami peningkatan signifikan dan berhasil memimpin dengan elektabilitas 4,6 persen. Nama lain yang juga mencuat adalah Erick Thohir yang elektabilitasnya naik hingga 3,4 persen.

"Prabowo hampir tak terbendung lagi memimpin bursa capres, sementara di papan tengah Puan dan Erick elektabilitasnya melejit," ungkap Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam press release di Jakarta pada Selasa (1/8/2023). 

Menurut Dendik, terus menguatnya Prabowo tidak bisa dilepaskan dari peta konstelasi politik di mana hubungan Presiden Jokowi merenggang dengan PDIP sebagai partai yang pernah membesarkannya sejak awal menjabat walikota di Solo.

"Jokowi yang selama ini disebut sebagai petugas partai kini telah menjelma menjadi kekuatan politik tersendiri dan memposisikannya sebagai kingmaker," tandas Dendik.

Pada titik tertentu terjadi perbedaan kepentingan antara Jokowi dengan PDIP yang selama ini mengusungnya.

Berbekal keberhasilan selama memimpin di Solo dan DKI Jakarta, Jokowi tampil sebagai pemimpin nasional dengan sejumlah terobosan. Fokus Jokowi dalam membangun infrastruktur telah meletakkan pondasi yang kokoh untuk tekad Indonesia menjadi negara maju.

"Meskipun didera dengan pandemi Covid-19 dan guncangan geopolitik internasional, visi memajukan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Jokowi," tegas Dendik.

Jokowi melangkah lebih jauh lagi dengan menggulirkan pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur. Bagi Jokowi, pembangunan yang terlalu terpusat di Pulau Jawa harus disebarkan ke daerah-daerah. Visi Indonesiasentris dimulai dengan membangun ibukota baru yang berada di tengah-tengah wilayah, sekaligus mengurangi beban Jakarta yang sudah sangat berat.

Dengan adanya batasan periode masa jabatan, Jokowi tidak bisa terus mengeksekusi program pembangunan yang berjangka panjang tersebut. Karena itu Jokowi harus memastikan presiden penggantinya bisa melanjutkan agar arah kemajuan bangsa tetap berada pada jalur yang benar.

"Cawe-cawe Jokowi itu yang membuat nama-nama seperti Prabowo dan Ganjar kerap berada pada posisi unggulan, sementara Anies yang mengklaim ingin mengubah arah pembangunan warisan Jokowi terus merosot," Dendik menjelaskan.

Baca Juga: Dekat Jokowi, Elektabilitas Prabowo Makin Jauh Tinggalkan Ganjar

"Jokowi berada di antara dua pilihan, antara mendukung Prabowo atau Ganjar, tetapi kini tampak makin condong ke Prabowo," lanjut Dendik.

Prabowo dinilai memiliki probabilitas yang lebih kuat untuk bisa melanjutkan kepemimpinan Jokowi ke depan.

Prabowo adalah ketua umum Gerindra, sekarang menjadi partai terbesar kedua dan berpotensi menyalip PDIP. Prabowo bisa lebih independen dalam menentukan kebijakan dibanding Ganjar yang juga hanya berstatus sebagai "petugas partai".

Prabowo yang merupakan bekas rival Jokowi dalam dua kali pilpres juga berpeluang merebut ceruk suara pendukung Anies di kalangan pemilih Islam dan konservatif.

Baca Juga: PKB Klaim Koalisinya dengan Gerindra Terbaik, Elite Cak Imin: Prabowo Kalah Pilpres 2 Kali karena...

"Prabowo menjadi ujung tombak bagi Jokowi untuk bisa mengalahkan Anies di arena Pilpres," terang Dendik.

Di sisi lain, PDIP tampak tidak menjadikan faktor Anies dengan gagasan perubahannya sebagai sentral persoalan.

"PDIP lebih mengejar target untuk mempertahankan posisi sebagai pemenang pemilu dua kali berturut-turut dan bertekad untuk mencetak hattrick," jelas Dendik.

Sementara itu dukungan kuat Jokowi membuat elektabilitas Prabowo melejit, dan memberikan coattail effect terhadap Gerindra.

"Menguatnya Prabowo dan Gerindra menjadi ancaman bagi PDIP, sehingga bisa makin memanaskan hubungan PDIP dengan Jokowi," sentil Dendik.

Stagnannya elektabilitas Ganjar pasca-deklarasi juga membuat PDIP harus memutar otak keras untuk mencari strategi pemenangan yang tepat.

"Puan sering tampil untuk menggalang koalisi, dan berdampak pada naiknya elektabilitas penerus trah Bung Karno tersebut," ujar Dendik.

Kenaikan elektabilitas Puan dalam paruh awal 2023 berhasil menggeser posisi Agus Harimurti Yudhoyono (4,5 persen) dan Ridwan Kamil (4,4 persen). Alhasil, kini Puan berhasil menempati peringkat keempat dalam bursa capres, melesat dari sebelumnya hanya pada urutan ketujuh.

Berikutnya ada Erick Thohir yang melambung elektabilitasnya hingga menyalip Sandiaga Uno (3,3 persen). Erick yang digadang-gadang sebagai cawapres terkuat untuk mendampingi baik Prabowo maupun Ganjar menjadi pesaing kuat Sandi yang telah diusung PPP.

Pada jajaran papan bawah, mencuat sosok putera sulung Jokowi yang meniti karier yang sama sebagai walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka (1,5 persen). Berikutnya ada Khofifah Indar Parawansa (1,3 persen), Airlangga Hartarto (1,2 persen), dan Mahfud MD (1,1 persen).

Baca Juga: PKB Sebut Prabowo Subianto Akan Mengulangi Kekalahan di Pilpres 2024 Jika Pilih Figur Begini

Lalu ada Andika Perkasa (0,8 persen), Yenny Wahid (0,7 persen), dan Muhaimin Iskandar (0,4 persen). Nama-nama lain memiliki elektabilitas yang sangat kecil atau bahkan nihil, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 5,7 persen.

Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 15-21 Juli 2023 kepada 2.000 responden mewakili 34 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar +/-2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: