WE Online, Jakarta, 26 Maret 2015 - Kendrariadi Suhanda, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) dalam pertemuan presentasi CPhI SEA 2015 di Jakarta (26/3), mengatakan, hingga saat ini 90 persen bahan baku farmasi (chemical) masih di impor. “Bila dulu mayoritas diimpor dari Eropa dan sebagaian kecil dari Tiongkok dan India, sekarang 85 persen diimpor dari Tiongkok dan India,” papar Kendra yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia
Kondisi seperti ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan harga obat di Indonesia menjadi mahal. “ Ini kenyataan yang harus kita terima, kita tidak bisa memproduksi bahan baku farmasi, karena kita tidak memiliki kemampuan dalam industri kima dasar sebagai langkah pertama untuk menuju pada industri bahan baku farmasi. Selain itu untuk membuat bahan baku farmasi di dalam negeri kita tetap harus mengimpor bahan perantara ( intermediate), jadi tetap tidak aman, karena bukan tidak mungkin importirnya akan mengendalikan harga. Ujung-ujungnya industri kita tetap tidak kompetitif,” papar Kendra.
“Bila dilihat lebih luas lagi, pasar bahan baku farmasi Indonesia hanya 0,4 persen dari market dunia yang sebesar US$ 900 miliar. Jadi tetap tidak kompetif bila kita membuat bahan baku sendiri. Jadi lebih baik kita undang saja mereka untuk investasi disini,” tambah Kendra.
Kendra melihat pameran dagang Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhI SEA) 2015 yang merupakan pameran business to business (b2b) yang akan berlangusung di Jakarta pada 8-10 April 2015 menjadi sangat penting bagi Indonesia terutama menjelang berlakunya pasar bebas ASEAN (MEA) pada akhir tahun ini.
“Pasar farmasi kita besar, Rp70 triliun , Rp14 triliun untuk bahan baku dan akan terus membesar hingga 2018, sehingga semua orang mau dagang di sini, namun kita harus menjadi tuan rumah. Tapi bila kita tidak mampu melawanya kita bikin jadi kawan saja para pemain global itu, kita ajak mereka invest disini. Dan CPhI SEA 2015 inilah arenanya tempat kita bertemu dengan banyak pelaku dari negara maju, atau paling tidak kita akan bertemu langsung dan menjalin bisnis dengan produsen yang benar-benar tepat untuk kebutuhan masing-masing industri kita,” kata Kendra.
Seperti dilansir oleh UBM (United Business Media) Asia bahwa CPhI SEA 2015 akan berlangsung di Jakarta International Expo, Kemayoran pada 8-10 April 2015. Pameran ini merupakan peluang bagi para pelaku industri farmasi dan penyedia bahan baku obat dari seluruh dunia untuk menjangkau pasar Asia Tenggara yang sedang tumbuh pesat.
Seperti dijelaskan oleh Maria Lioe, Event Director, PT UBM Pameran Niaga Indonesia, pada CPhI SEA 2015 akan diikuti oleh lebih dari 260 peserta dari 25 negara, termasuk Negara baru seperti Bahrain, Brazil, Kolombia, Lituania, dan Yordania akan menampilkan produk bahan baku farmasi unggulan, mesin-mesin, perlengkapan dan produk kemasan.”
CPhI SEA 2015 merupakan kombinasi tiga pameran farmasi sekaligus: CPhI, P-MEC (machinery and equipment) and InnoPack (packaging solutions). P-Mec akan menghadirkan peralatan farmasi yang terbaik dari Eropa, India dan China, sedangkan InnoPack akan memberikan informasi terbaru mengenai packaging & drug delivery system, labelling serta track & trace. Yang berbeda dari CPhI SEA 2015 kali ini adalah CPhI Supplier Finder Desk dan peluncuran perdana Indonesia Pharmaceuticals 2015 Reports. “ ini untuk pertama kali diterbitkan oleh CPhI dan Global Business Report berisi analisa, fakta, dan data komprehensif mengenai industri farmasi di Indonesia,” kata Vanessa Acuna Project Director Global Business Reports for CPHi SEA 2015.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement