Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kehadiran Smelter Freeport Gresik Mampu Beri Nilai Tambah Perekonomian Indonesia

Kehadiran Smelter Freeport Gresik Mampu Beri Nilai Tambah Perekonomian Indonesia Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

PT Freeport Indonesia (PTFI) terus berupaya meningkatkan kinerjanya dengan salah satunya membangun smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur. Megaproyek yang menelan anggaran US$2,4 miliar atau sekitar Rp36 triliun ini diharapkan bisa membantu Indonesia berubah dari negara berkembang menjadi negara maju.

Hingga saat ini, Pemerintah Indonesia terus mendorong program peningkatan nilai lebih lewat hilirisasi sumber daya mineral. Salah satunya adalah tembaga yang diolah di smelter PTFI yang dapat memberikan manfaat serta nilai tambah terhadap pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

Baca Juga: MMS Group Indonesia Tunjuk China ENFI sebagai Kontraktor Proyek Smelter Nikel Mitra Murni Perkasa

Construction Manager Smelter Freeport Gresik, Yoga Ameliasari, secara tegas mengatakan, Pemerintah Indonesia telah memberi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada PTFI untuk tetap beroperasi di wilayah pertambangan mineral Grasberg di Papua Indonesia hingga 2031 nanti. Sementara wilayah Grasberg, Papua Indonesia adalah salah satu deposit tembaga dan emas terbesar di dunia.

"Dengan IUPK ini PTFI sudah mulai membangun smelter baru dengan nama Smelter Manyar. Ini adalah smelter kedua setelah pembangunan smelter peleburan tembaga pertama di Indonesia, yang kita kenal dengan nama PT Smelting Gresik yang memiliki kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat dan mengandung tembaga, emas, dan perak setiap tahunnya. Dengan adanya pengembangan baru ini, akan ditambah 300 ribu ton," kata Yoga di Gresik, kemarin.

Sementara, progres pembangunan smelter yang berada di kawasan KEK Gresik hingga Juni tahun ini telah berhasil mencapai 74,07 persen dan ditargetkan beroperasi pada bulan Mei 2024 mendatang. "Kami sangat optimis dengan pencapian kerja sebasar 74,07 persen ini, smelter di KEK Gresik segera beroperasi," jelas Yogi.

51 Persen Saham Freeport Milik Bangsa Indonesia

Setelah puluhan tahun bernegosiasi cukup alot dengan perusahaan tambangan terkemuka, yakni Freeport-McMoRan (FCX), lewat Holding Industri Pertambangan Indonesia PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sepakat melakukan penandatanganan Pokok-Pokok Perjanjian (Head of Agreement) terkait penjualan saham FCX yang sebelumnya hanya memiliki 9,36 persen saham Freeport. Kini, pemerintah sah memiliki 51 persen saham Freeport. Sementara, Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Kabupaten Mimika juga mendapatkan bagian saham sebesar 10 persen setelah penandatanganan perjanjian Sales and Purchase (SPA).

Sementara itu, Superintend External Comunication PTFI, Sari Esayanti, menyebut bahwa progres pembangunan smelter yang berada di kawasan KEK Gresik ini berjalan lancar, bahkan Zero Accident. Salah satu progress pembangunan itu, kata Sari, adalah pekerjaan concrete beton smelter yang kini mencapai 74 persen; instalasi struktur baja area smelter mencapai 48 persen; instalasi peralatan 39 persen; pembangunan pelabuhan mencapai 100 persen; piling Precious Metal Refinery (PMR) mencapai 100 persen; disusul concrete beton PMR mencapai 44 persen.

"Secara total dalam progres penyelesaian proyek pembangunan smelter Freeport ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15.000 orang dengan 98 persennya adalah tenaga kerja Indonesia dan 50 persen tenaga kerjanya mayoraitas dari lokal diwilayah Jatim dan 2 persen warga asing," jelasnya. 

Dari catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang cukup melimpah. Salah satunya adalah cadangan komoditas jenis nikel sebanyak 3,57 miliar ton dengan produksi tambang per tahun 17 juta ton bijih. Sementara, masa waktu cadangan berdasarkan produksi bijih selama 184 tahun.

Komoditas logam besi cadangannya sebanyak 3 miliar ton dengan produksi bijih besi dan pasir besi 3,9 juta ton per tahun, dan konsentrat besi 3,1 juta on. Sementara itu, masa waktu cadangan berdasarkan produksi bijih selama 769 tahun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: