Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita di Balik Sigit Djokosoetono Nyamar Jadi Sopir: Ingin Rasakan Langsung dari Lapangan

Cerita di Balik Sigit Djokosoetono Nyamar Jadi Sopir: Ingin Rasakan Langsung dari Lapangan Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aksi mantan CEO PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono, yang menyamar sebagai sopir taksi Blue Bird beberapa waktu lalu, mengundang sorotan dan perbincangan luas di kalangan masyarakat.

Namun, di balik tampilan yang menarik perhatian tersebut, terdapat niat tulus untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang situasi sehari-hari para sopir dan penumpang, serta untuk menyerap aspirasi langsung dari lapangan.

Dalam dunia bisnis yang terkadang serba cepat dan berfokus pada angka-angka, Sigit memilih pendekatan yang berbeda. Dengan menyamar sebagai sopir, ia memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan penumpang.

Baca Juga: Perang Saudara di Tubuh Blue Bird Indonesia: Saling Menyangkal dan Menuntut Haknya

Sigit mengungkapkan bahwa aksi tersebut dilakukannya semata-mata untuk mendapatkan wawasan secara langsung dari lapangan, khususnya dalam memahami kebutuhan sopir serta masukan yang mungkin jarang terdengar oleh manajemen.

“Itu memang sudah direncanakan sejak lama, namun karena kesibukkan, baru bisa dilakukan. Saya lakukan itu karena prinsipnya merasakan dengan mengerti itu berbeda. Jadi untuk ingin mengetahui apa yang terjadi di lapangan harus mengalami sendiri. Oleh karena itu, yang jadi motivasi dan untuk lebih tahu apa yang dirasakan oleh driver,” jelas Sigit, dikutip dari kanal Youtube Ecommurz pada Jumat (11/8/2023).

Saat menyamar, ia mengatakan bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang sopir taksi. Sigit mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan penjemputan penumpang.

“Susahnya saat mengambil order, saya bingung harus ke mana, masuk ke pangkalankah atau melipir di jalan. Pada saat mengambil keputusan itu jadi sangat situasional. Memang butuh pengalaman, makanya saya salut sama pengemudi saya karena punya pengalaman untuk mengambil situasi order mana yang mau diambil,” ujar Sigit.

Aksi penyamaran Sigit sebagai sopir taksi dimulai sejak pukul 07.00 pagi dari kantor pusat Blue Bird. Ia langsung mendapat pesanan pertama di dekat kantornya. Dalam rentang waktu satu hari, ia berhasil melayani 11 penumpang yang berbeda, mengantre di beberapa lokasi, serta merasakan makanan dan minuman yang biasanya dikonsumsi oleh para sopir.

“Saat saya siap mau jalan, kebetulan langsung dapat order dari aplikasi yang tidak jauh dari kantor. Pikiran saya pertama kali jalan ya ambil ke arah Kuningan atau Setiabudi karena ramai,” tuturnya.

Karena baru pertama kali menjadi sopir taksi, ia telah berhasil melayani enam penumpang, tapi melewatkan dua pesanan. 

“Saya berhasil angkut enam orang, tapi kelewat dua. Jadi, muncul order dari aplikasi, tapi saya malah kelewat karena saya lagi mau belok. Habis itu saya muter dan muncul lagi order lain, tapi tidak keburu juga karena kelewatan lagi,” ungkapnya.

Saat menyamar sebagai sopir taksi, Sigit berbagi pengalaman bahwa ia menerima berbagai masukan dan curahan dari para sopir di lapangan. Beberapa di antaranya adalah saran untuk meningkatkan fasilitas di pangkalan serta kebutuhan-kebutuhan lainnya. Sebagai contoh, ada usulan untuk meningkatkan kualitas tempat duduk bagi penumpang.

“Itu sesuatu yang perlu diperbaiki, kami terus memikirkan bagaimana caranya memanusiakan pengemudi-pengemudi kami,” pungkasnya.

Baca Juga: Strategi Ambisius Blue Bird dalam Merebut Kembali Dominasi Bisnis Taksi di Era Digital

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: