Mencari Solusi Bagi Kesejahteraan Bersama: Polusi Udara, Salah Pemerintah atau Rakyat?
Meskipun kesadaran akan isu polusi udara telah meningkat, kenyataannya, penemuan solusi yang mendesak belum menjadi prioritas utama. Padahal, dampaknya sangat luas, melibatkan berbagai kalangan, termasuk kelompok rentan seperti anak-anak.
Piotr Jakubowski, Co-founder Nafas, mengatakan bahwa bukan waktu yang tepat untuk menyalahkan siapa pun dalam kondisi polusi udara saat ini. Ini adalah tantangan yang harus dihadapi bersama, dengan kerja sama yang kokoh antara pemerintah dan masyarakat.
“Sebenarnya yang kami pikirkan di waktu saat ini, yang penting kita bukan menyalahkan ini atau menyalahkan itu, tapi salahin polusinya. Yang gagal itu polusinya, artinya apa? Harus diatasi dari sumber-sumber polusinya,” tutur Piotr, dikutip dari kanal Youtube Grace Tahir pada Senin (28/8/2023).
Baca Juga: Dari Transportasi hingga PLTU, Ini Penyumbang Utama Polusi Udara di Jakarta
Pemerintah sering dianggap sebagai pihak yang memiliki wewenang dan sumber daya untuk mengatasi polusi udara melalui regulasi dan tindakan yang lebih tegas.
Piotr berharap pemerintah akan meningkatkan upayanya dalam mengatasi polusi udara dengan mengeluarkan regulasi yang lebih ketat.
“Untuk pemerintah sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk bisa melihat regulasi Undang-undang yang ada dan di mana kita harus bikin adjustment untuk bisa benar-benar mengatasi masalah ini dalam jangka waktu bukan yang pendek, tapi yang lebih panjang,” ujar Piotr.
Saat ini, upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci dalam menangani polusi udara. Tidak hanya meminta tindakan dari pemerintah, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengubah perilaku untuk menjaga kualitas udara yang lebih baik.
“Pemerintah tentu memiliki peran dalam mendorong industri untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan. Namun, masyarakat juga harus sadar dan berperan aktif dalam mengurangi konsumsi energi, meminimalkan pembakaran sampah, dan memilih transportasi yang lebih berkelanjutan,” tegasnya.
Selain itu, Piotr menggarisbawahi bahwa jenis sumber polusi udara sebenarnya ditentukan oleh aktivitas perkotaan itu sendiri. Namun, ia juga mengungkapkan beberapa jenis sumber polusi yang masih menjadi persoalan utama hingga saat ini.
“Saat ini, terdapat beberapa kategori sumber polusi seperti PLTU, industri, transportasi, logistik, pembakaran lahan, pembakaran sampah yang sembarangan. Sebenarnya sumber polusi itu tergantung dari aktivitas perkotaan itu sendiri,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Piotr, konsekuensi dari isu polusi juga dipengaruhi oleh letak geografis dari suatu daerah.
“Contohnya Kota Bandung, yang dikenal dengan udaranya yang sejuk. Namun, kenyataannya karena posisinya yang berada dalam cekungan geografis, tingkat polusi udara di sana sangat tinggi. Selain itu, kondisi tersebut membuat polusi udara dapat bertahan lebih lama ketika tidak ada angin yang mampu membersihkannya, berbeda dengan Jakarta yang mendapatkan sumber angin dari laut,” tambahnya lagi.
Baca Juga: Bukan Hanya Transportasi, IESR: Arah Angin Sangat Tentukan Polusi Udara di Jakarta
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement