Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

NPAP Bersama dengan Kemenkomarves Menjajaki Potensi Ekonomi Sirkular Sebagai Solusi Mengatasi Polusi Plastik

NPAP Bersama dengan Kemenkomarves Menjajaki Potensi Ekonomi Sirkular Sebagai Solusi Mengatasi Polusi Plastik Kredit Foto: The Incubation Network
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) bekerja sama dengan World Resource Institute (WRI) Indonesia melalui inisiatif Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP) untuk menjajaki solusi-solusi ekonomi sirkular demi mengurangi sampah plastik di Indonesia.

Dialog ini diselengarakan pada sesi tematik bertajuk "Reversing Plastic Pollution: Circular Strategies in Action" dalam rangkaian acara Indonesia Sustainability Forum 2023. 

“Pemerintah (Indonesia) berkomitmen untuk menciptakan kondisi yang mendukung ekonomi sirkular dari plastik melalui kebijakan dan tindakan strategis guna mempercepat transformasi menuju pengelolaan sampah yang lebih efisien dan berdampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat.” ucap Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenkomarves.

“Saat ini telah tumbuh inisiatif-inisiatif yang sangat baik dari sektor swasta dalam upaya pengumpulan (take back) dan pendaurulangan kemasan produknya, baik yang bersifat closed-loop, up-cycle dan penggunaan material daur ulang menjadi produk lainnya,” lanjutnya.

Baca Juga: IMF Puji Indonesia Lestarikan Mangrove untuk Atasi Krisis Iklim

Indonesia sedang beralih ke pendekatan ekonomi sirkular demi mengurangi sampah plastik sebesar 70% pada tahun 2025 dan mencapai hampir tidak ada kebocoran atau near-zero leakage dengan ekonomi sirkular pada tahun 2040.

Model ekonomi sirkular mendorong efisiensi sumber daya, desain produk yang tahan lama, dan pengelolaan sampah yang efektif sehingga menawarkan berbagai manfaat ekonomi seperti penciptaan lapangan kerja dan inovasi teknologi. 

"Daur ulang plastik merupakan opsi yang perlu diambil untuk mengendalikan jumlah sampah plastik", ucap Rendra K. Hasan, Koordinator Bidang Pengelolaan Sampah, Kemenkomarves.

"Hal tersebut harus dilakukan secara sinergis antara kegiatan pengurangan melalui penggunaan produk hasil daur ulang/yang dapat didaur ulang; dan penanganan melalui pemilahan sejak dari sumber," tegasnya.

Setelah upaya preventif seperti mengurangi dan guna ulang, daur ulang merupakan suatu aspek fundamental dari ekonomi sirkular untuk menutup perputaran sumber daya. Melalui proses ini plastik dikumpulkan, diproses, dan ditransformasikan menjadi produk atau material baru sehingga mengurangi kebutuhan akan plastik baru dan menimalisir penimbulan sampah.

Dalam proses daur ulang, pengumpulan dan pemilahahan sampah merupakan hal terpenting untuk memajukan agenda ekonomi sirkular Indonesia. Dengan memastikan pemilahan sampah yang sistematis, Indonesia dapat membuka jalan untuk industri pendaurulangan sampah plastik agar berkembang dengan mengurangi resiko kontaminasi dan biaya logistik dari pemilahan sampah. 

“Ekonomi sirkular akan berhasil ketika semua pihak dari pemerintah, swasta, dan masyarakat bergabung untuk mewujudkan ekosistem plastik yang sirkular,” kata Tuti Hadiputranto, Chairwoman NPAP Indonesia.

“Pentingnya keterlibatan semua stakeholder dalam ekonomi sirkular plastik merupakan pengingat bahwa solusi lingkungan dibutuhkan keterlibatan semua pihak.”

Sampah plastik merupakan salah satu tantangan terbesar dalam isu lingkungan, karena berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia. Menyadari betapa pentingnya isu sampah plastik, forum ini menghadirkan para pemimpin dan pakar dari pemerintah, sektor swasta, organisasi penelitian, dan inovator untuk mengeksplorasi strategi inovatif dan solusi kolaboratif yang bertumpu pada konsep ekonomi sirkular. 

“Dalam sistem sirkuit tertutup (closed-loop system) pengemasan plastik menjadi suatu lingkaran terbarukan, bukan jalur satu arah untuk menjadi sampah,” ucap Rocky Pairunan, Manager for Ocean and Plastic Waste Programme, WRI Indonesia.

“Dalam sistem sirkuit tertutup, sampah kemasan diubah menjadi material untuk kemasan baru; atau menjadi produk dengan nilai yang sama, sehingga menciptakan perekonomian yang sirkular dan berkelanjutan.”

Plastik kaku, seperti botol polyethylene terephthalate (PET), memiliki nilai jual yang lebih tinggi untuk para pendaur ulang. Akan tetapi, beberapa plastik yang fleksibel, khususnya yang terbuat dari beberapa lapisan bahan berbeda, tidak dapat didaur ulang secara ekonomis. 

Menyadari hal tersebut, sesi tematik ini membahas penguatan sistem sirkuit tertutup (closed-loop system) dari kemasan plastik, pengembangan ekosistem, dan mengembangkan pasar untuk daur ulang plastik nilai rendah. 

Acara ini dapat diselenggarakan atas kerja sama antara WRI Indonesia dan Kemenkomarves melalui inisiatif NPAP. Pembicaraan tersusun atas dua sesi yang dihadiri oleh panel pembicara dari Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), IPRO, Bank Sampah Bersinar, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP), Minderoo Foundation, dan FUREC. 

Acara ini ditutup dengan menampilkan inovasi ekonomi sirkular oleh Waste4Change dan Free the Sea yang menunjukan dampak positif kepada komunitas dan ekosistem. Pameran ini juga membuktikan bahwa ekonomi sirkular bukan hanya sebuah ide, tetapi sesuatu yang dapat memberikan dampak bermakna bagi komunitas, negara, dan ekosistem. 

Baca Juga: Pawai Bebas Plastik 2023, Aktivis Minta Pemerintah dan Produsen Dorong Ekosistem Guna Ulang

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: