Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Starlink Masuk Indonesia, Gimana Nasib Provider Lokal?

Starlink Masuk Indonesia, Gimana Nasib Provider Lokal? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir, Starlink, sebuah proyek ambisius yang digagas oleh perusahaan SpaceX milik Elon Musk, telah mencuri perhatian dunia dengan janji untuk menghadirkan akses internet berkualitas ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. 

Diketahui bahwa Bos Starlink sudah beberapa kali bertemu dengan elit-elit Indonesia, seperti misalnya bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Dari pertemuan antara Luhut dan Musk tersebut, muncul wacana bahwa Starlink berencana untuk masuk ke Indonesia. 

"Kami melihat banyak sekali desa-desa yang tidak bisa dicapai oleh jaringan internet. Oleh karena itu, kami sepakat dengan Elon untuk Starlink masuk di Indonesia timur," ujar Luhut di akun resmi media sosialnya, dikutip Kamis (15/9/2023). 

Bahkan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri telah memberikan Hak Labuh kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) untuk penyelenggaraan jaringan tetap tertutup di Indonesia. 

Kabar akan masuknya Starlink sebagai penyedia layanan internet baru di Indonesia menjadi sebuah perhatian yang cukup besar, terutama bagi pengusaha provider-provider lokal. Pasalnya, kehadiran proyek milik Musk tersebut digadang-gadang akan mengancam nasib provider-provider lokal. 

Baca Juga: Elon Musk Bakal Sambangi Jakarta Akhir September, Bahas Investasi Tesla hingga Starlink

Mengenal Starlink 

Starlink merupakan sebuah konstelasi satelit internet yang dioperasikan oleh SpaceX untuk menyediakan sistem komunikasi internet berbasis satelit ke berbagai wilayah yang ada di Bumi.

Proyek milik Bos Tesla ini diketahui beroperasi di orbit rendah Bumi atau dikenal dengan Low Earth Orbit (LEO). LEO memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan orbit yang lebih tinggi, seperti orbit geosynchronous (GEO) yang terletak sekitar 35.786 kilometer di atas permukaan Bumi. Beberapa keuntungan LEO termasuk:

  1. Latensi yang Lebih Rendah: Karena jarak antara satelit LEO dan permukaan Bumi lebih pendek, latensi atau waktu tunda sinyal data menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan satelit yang beroperasi di orbit yang lebih tinggi. Ini membuat layanan internet melalui LEO lebih responsif.
  2. Kapasitas yang Lebih Besar: Karena banyak satelit LEO yang ditempatkan dalam konstelasi, mereka dapat menyediakan kapasitas yang lebih besar daripada satelit individu di orbit yang lebih tinggi.
  3. Peremajaan yang Cepat: Satelit LEO memiliki umur operasional yang lebih pendek daripada satelit di orbit yang lebih tinggi, tetapi mereka juga dapat digantikan dan diperbarui lebih cepat.
  4. Fleksibilitas: Dengan beberapa satelit LEO yang dapat digunakan untuk menutupi area yang luas, sistem-sistem ini lebih fleksibel dalam menangani peningkatan permintaan layanan internet.
  5. Untuk diketahui, Musk pertama kali memperkenalkan Starlink pada Januari 2015 seiring dengan dibukanya fasilitas pengembangan SpaceX di Redmond, Washington, Amerika Serikat. Sementara itu, SpaceX pertama kali meluncurkan satelit sejak 2019 hingga saat ini aktif meluncurkan Starlink ke luar angkasa.

Nasib Provider Lokal Terancam?

Kabar masuknya Starlink ke Indonesia membuahkan banyak pertanyaan dari para operator internet lokal. Operator-operator lokal tersebut mempertanyakan apa yang menjadi alasan pemerintah ingin memasukkan jaringan satelit internet milik Musk tersebut ke Tanah Air. 

Pasalnya, jika alasannya ingin menyediakan layanan internet sampai ke daerah-daerah terpencil, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai jumlah provider internet lokal yang mencapai 960 mampu memenuhi kebutuhan internet hingga pelosok. 

Tidak hanya itu, masuknya Starlink ke Indonesia juga menimbulkan keresahan bagi para operator internet lokal di Indonesia, sebut saja XL Axiata. Presiden direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan pemerintah harus menjadi katalis dan memastikan keberlanjutan bisnis industri telekomunikasi. Ia menilai pemain internasional seperti Elon Musk akan memunculkan pemain baru yang dapat mengakibatkan para operator seluler tidak mendapatkan playing of field atau keadilan.

Playing field kurang seimbang. Barangkali menjaga sustainability sudah sangat sulit,” ungkapkan dalam sesi diskusi acara detikcom 'Leaders Forum: Arah Industri Telekomunikasi Indonesia' di Jakarta, dikutip, Kamis (14/9/2023).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: