TIMNAS AMIN Kritik Kebijakan Hilirisasi Nikel Jokowi, Kubu Prabowo: Hilirisasi Jaga Surplus Perdagangan
Menurut Thomas pada awal kebijakan dijalankan sekitar 70 persen dari semua mobil listrik pakai nikel sebagai bahan baku baterai, tapi karena mahalnya nikel dan tidak stabilnya pemasokan karena ekspor nikel Indonesia dibuka-tutup akhirnya industri cari solusi lain. Eks Menteri Perdagangan itu menyebut bahan lain yang kini mulai dijadikan bahan baku membuat baterai sebagai substitusi dari nikel yang dihilirisasi Indoneisa adalah Lithium Ferro Phospate.
“Diperkirakan kira-kira 6-7 tahun dari sekarang baterai yang masih pakai nikel paling cuma 30 persen dikalahkan oleh formulasi bahan baku baterai lain seperti lithium Ferro Phospate dll,” ungkapnya.
Baca Juga: Yakin Anies Baswedan Bisa Menang, Co-Captain Timnas AMIN Blak-blakan Kurang Percaya Hasil Survei
Thomas tak menampik bahwa hilirisasi pertambangan seperti nikel berperan dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi hal itu tak serta merta menyelesaikan masalah mendasar lainnya seperti ketersediaan lapangan pekerjaan.
“Hemat kami perlu kebijakan pemerintah industri dan tambang yang juah lebih luas dan komprehensif daripada hanya nikel, baterai dan mobil listrik saja,” jelasnya.
“Mungkin kontribusi pada angka pertumbuhan ekonomi lumayan tapi ini tidak berujung pada lapangan pekerjaan dan penghasilan pekerja karena ini padat modal mulai dari tambangnya sampai smelternya, akhirnya sektor ini kebanyakan mengutungkan pemodal yang mendanai,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Advertisement