Jokowi Itu Kepala Negara Bukan Petugas Partai: Wajar Jika Mengayomi Seluruh Masyarakat Termasuk Parpol!
Ketua Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Anggawira menilai bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) milik semua masyarakat Indonesia terlepas dari polemik dasi berwarna kuning yang ia gunakan saat akan bertolak ke Jepang.
Anggawira menyebut, secara semiotika, banyak yang mengaitkan dasi berwarna kuning itu menjadi sinyal bahwa Jokowi akan bergabung dengan Partai Golkar yang identik dengan warna kuning. Meski begitu ia menilai Jokowi bukan hanya miliki PDIP karena dia adalah pemimipin negara.
"Tidak ada hubungannya denga partai apapun. Saya rasa wajar saja Pak Jokowi memakai dasi warna apa saja karena Pak Jokowi milik semua masyarakat Indonesia dan semua partai politik di Indonesia," ujar Anggawira dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (18/12/2023).
Baca Juga: Efek Jokowi, Elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Tengah Menguat
Anggawira menilai wajar jika muncul pendapat yang menilai Jokowi akan bergabung dengan Golkar. Terlebih hubungan Jokowi dengan PDIP yang dikabarkan sempat merenggang beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut ia juga menyayangkan PDIP kerap menyebut Jokowi sebagai petugas partai. "Secara tidak langsung pernyataan PDIP yang menyebut Pak Jokowi sebagai petugas partai men-downgrade Pak Jokowi. Sebagai kepala negara, wajar Pak Jokowi mengayomi semua masyarakat termasuk partai politik dan bukan hanya satu partai saja," ujarnya.
Dimana, hingga saat ini memang belum ada pernyataan perihal bergabungnya Jokowi ke salah satu partai atapun tetap di PDIP. Namun, secara tersirat Jokowi mengeluarkan candaan yang membuat indikasi ia bergabung dengan salah satu partai berwarna kuning.
Meski awalnya didukung PDIP, namun sejarah mencatat, banyak partai yang mendukung Jokowi hingga saat ini. Hubungan Jokowi dengan PDIP dimulai pada sekitar tahun 2004.
Baca Juga: PSI Diklaim Partainya Jokowi, PDIP: Kok Malah Endorse Partai Lain?
Kala itu, alumni Fakultas Kehutanan UGM itu menduduki posisi salah satu pengurus DPC PDIP Solo. Pada itu pula Jokowi mengenal FX Hadi Rudyatmo dan hubungan keduanya berlanjut saat dipercaya PDIP dan PKB dan terpilih sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo tahun 2005.
Selang tujuh tahun kemudian, pesona Jokowi menarik perhatian tokoh nasional seperti Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla.
Keduanya, meminta Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, atau saat Jokowi masih menyisakan sekitar tiga tahun lagi masa jabatan di Solo. Diusung PDIP dan Gerindra, Jokowi berhasil memenangkan Pilkada DKI 2017 bersama pasangannya, Basuji Tjahaja Purnama.
Nama Jokowi kian melesat hingga namanya masif dikabarkan sebagai salah satu kandidat calon presiden 2014. Akhirnya Jokowi maju sebagai calon presiden bersama Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya yang diusung oleh PDIP, PKB, Hanura dan Nasden. Ia pun terpilih setelah menang melawan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dengan perolehan suara 53,15%.
Jokowi lalu kembali terpilih di Pilpres 2019 bersawa wakilnya Ma'ruf Amin melalui dukungan PDIP, Golkar, Nasdem, PKB, PPP, Hanura, PKPI, Perindo, PSI dan PBB. Jokowi kembali bertarung melawan Prabowo yang diduetkan bersama Sandiaga Uno dan memenangkan Pilpres dengan hasil perolehan suara 55,5%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement