Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Optimalisasi, Kemenkes Bongkar Alasan Tingginya Pengidap TBC

Optimalisasi, Kemenkes Bongkar Alasan Tingginya Pengidap TBC Kredit Foto: Unsplash/Marcelo Leal
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membongkar sejumlah langkah pemerintah hingga jajaran penggiat kesehatan untuk menekan angka dari tuberkulosis (TBC). Salah satu yang menjadi sorotan adalah dengan optimalisasi sistem deteksi dan pelaporan sehingga tercapai notifikasi kasus tertinggi sepanjang sejarah pada 2022 dan 2023. 

Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022, dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus sebelum pandemic yang rata-rata penemuannya dibawah 600.000 per tahun.

Baca Juga: Bagian Program Kemenkes, Transplantasi Ginjal Sukses Dijalankan RSUP Fatmawati

Deteksi TBC mirip dengan deteksi Covid-19, yakni jika tidak dites, dideteksi, dan dilaporkan maka angkanya terlihat rendah sehingga terjadi under reporting, yang mengakibatkan pengidap TBC berkeliaran dan berpotensi menularkan karena tidak diobati. 

“Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40-45% dari estimasi kasus TBC jadi masih banyak kasus yang belum ditemukan atau juga belum dilaporkan,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr. Imran Pambudi di Jakarta, Senin (29/1/2024).

Jika lebih banyak lagi yang terdeteksi maka potensi pengidap dapat disembuhkan akan meningkat dan daya tular dapat ditekan. 

Sebagai upaya perbaikan, Kementerian Kesehatan melakukan perbaikan sistem deteksi dan pelaporan agar data menjadi real time. Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung dari sehingga data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.  

Baca Juga: Tutup Kas 2023, Menkeu Sampaikan Apresiasi atas Kinerja Kemenkeu Kawal Pelaksanaan APBN

“Hasilnya, dari 60% kasus yang tadinya tidak temukan, saat ini hanya 32% kasus yang belum ditemukan. Oleh karena itu, laporan atau notifikasi kasus juga menjadi lebih baik karena  menemukan lebih banyak sesuai angka perkiraan yang diberikan WHO,” kata dr. Imran

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: