Akamai Technologies baru-baru ini mengumumkan hadirnya solusi anyar yang disebutnya Generalized Edge Compute atau Gecko. Solusi ini menanamkan kemampuan cloud ke dalam jaringan edge, supaya end user bisa merasakan pengalaman menikmati konten yang lebih lancar dan bebas latensi. Akamai berencana menghadirkan Gecko ke 100 kota sebelum akhir tahun ini.
Gecko adalah strategi multiyear Akamai dalam targetnya menjadi platform terbaik di lingkungan multicloud enterprise. Hal ini juga sejalan dengan strategi Akamai untuk menjadi platform komputasi cloud bagi perusahaan yang ingin memberikan pengalaman yang lebih baik dengan cara mendekatkan workload ke pengguna, perangkat, dan sumber data.
Desain Gecko diklaim akan menghadirkan layanan cloud yang lebih baik untuk memenuhi berbagai kebutuhan aplikasi modern, seperti video streaming melalui layanan over-the-top (OTT), media sosial, sampai dengan multiplayer gaming. Gecko akan menghadirkan pengalaman yang lebih baik berupa performa yang lebih baik, latensi lebih rendah, dan skalabilitas. Hal ini tidak bisa dipenuhi oleh arsitektur cloud yang ada saat ini.
“Gecko adalah inovasi yang paling menarik yang pernah terjadi dalam teknologi cloud sejak satu dekade terakhir," ujar Tom Leighton, Co-Founder dan CEO Akamai.
Akamai merancang rencana yang pragmatis dengan roadmap Gecko. Dalam tahap awalnya, Akamai berencana untuk menyediakan komputasi dengan dukungan untuk mesin virtual di 100 kota sebelum tahun ini berakhir.
Pada tahun 2024, Akamai telah mendirikan region baru dengan arsitektur Gecko di Hong Kong SAR, Kuala Lumpur, Querétaro, dan Johannesburg, serta di kota-kota yang belum dijangkau oleh para hyperscaler, seperti Bogotá, Denver, Houston, Hamburg, dan Marseille.
Pembangunan region Gecko ke-10 di Santiago, Chili, direncanakan akan selesai pada akhir kuartal pertama. Selain 10 lokasi Gecko baru ini dan 25 core compute region yang sudah ada, Akamai juga berencana untuk memperluas jangkauan komputasi cloud globalnya ke ratusan kota lain dalam beberapa tahun mendatang.
Pada tahap kedua Gecko, yang akan dimulai akhir tahun ini, Akamai akan menambahkan container ke dalam portofolio tersebut. Pada tahap ketiga, Akamai akan menambahkan otomatisasi orkestrasi workload untuk mempermudah pengembang dalam membuat aplikasi di ratusan lokasi yang tersebar. Tujuan utamanya adalah menciptakan pengalaman pengguna yang seragam di setiap core compute region dan edge.
Uji coba awal Gecko sendiri dilakukan bersama sejumlah pelanggan enterprise Akamai. Diharapkan, para pelanggan di bidang AI inferencing, multiplayer gaming, serta pengguna media sosial dan streaming akan dapat memaksimalkan teknologi Gecko ini. Akamai juga memprediksi bahwa ke depannya, Gecko dapat diaplikasikan pada aplikasi belanja, komputasi spasial, analisis data, serta IoT untuk konsumen dan industri.
Arsitektur industri saat ini umumnya masih membedakan jaringan cloud dan edge. Gecko sengaja didesain agar generalized compute bisa diterapkan di jaringan edge milik Akamai yang sudah tersebar di seluruh dunia. Gecko akan memindahkan komputasi tradisional yang lebih berat, yang biasanya berada di pusat data tersentralisasi, ke jaringan edge Akamai. Langkah ini akan menghadirkan komputasi full stack ke ratusan lokasi yang sebelumnya sulit dijangkau. Dengan demikian, para pelanggan dapat mendekatkan workload ke pengguna mereka.
Dengan menghadirkan komputasi cloud di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh penyedia cloud konvensional, para developer tidak perlu lagi memikirkan soal membangun untuk cloud atau membangun untuk edge. Dengan makin tingginya demand para developer dari penyedia cloud dan edge mereka, Akamai berencana membuka peluang berinovasi di seluruh jaringan komputasi dengan cara mendorong konvergensi yang diperlukan untuk menaruh cloud computing power di edge. Konvergensi ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya Gecko.
Tom Leighton mengatakan Gecko adalah fase roadmap berikutnya menuju teknologi cloud yang lebih terhubung, yang sudah mereka rintis saat mengakuisisi Linode pada 2022. Roadmap ini diawali dengan peluncuran Akamai Connected Cloud dan menggencarkan peluncuran sejumlah core compute region baru di seluruh dunia.
“Bersama Gecko, kami melanjutkan visi ini melalui penggabungan teknologi komputasi dari platform cloud kami dengan kedekatan dan efisiensi edge, agar workload makin dekat ke pengguna, tak seperti penyedia cloud lainnya. Inilah yang kami maksud dengan beroperasi dalam skala global,” kata Leighton.
Dengan mengintegrasikan Linode ke dalam infrastrukturnya dan memperluas wilayah komputasi inti dalam setahun terakhir, Akamai berhasil mengubah Akamai Connected Cloud menjadi platform komputasi cloud yang paling tersebar di dunia. Platform ini sudah memiliki infrastruktur yang mencakup 4.100 titik kehadiran yang tersebar secara global.
Mengomentari kabar ini, Dave McCarthy, Wakil Presiden Riset IDC, Cloud dan Layanan Edge, mengatakan: "Akamai telah memenuhi janji mereka dengan cepat mengintegrasikan komputasi ke dalam layanan keamanan dan pengiriman setelah mengakuisisi Linode.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement