Inklusif dan Berkelanjutan, East Ventures Bongkar Strategi Pengembangan Ekonomi Digital
East Ventures menyoroti perkembangan ekosistem industri digital nasional yang terus mencatatkan peningkatan akibat perkembangan infrastruktur hingga inovasi pemegang kepentingan yang dihadirkan di Indonesia.
Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca mengatakan pemerintah harus dapat menggarap potensi tersebut besar dalam industri terkait dengan memastikan kesiapan digital secara merata. Hal ini turut dilakukan oleh pihaknya dengan secara rutin melakukan pemetaan daya saing digital yang dirangkum dalam laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI)
Baca Juga: Dorong Tumbuh Kembang Ekonomi Inklusif, Amartha Gelar The 2024 Asia Grassroots Forum
“East Ventures yakin bahwa setiap pemangku kepentingan mempunyai peran untuk menciptakan keadilan digital yang merata bagi seluruh daerah di Indonesia," tegasnya dilansir dari keterangan tertulis yang diterima Rabu (15/5).
EV-DCI, East Ventures menyajikan hasil pemetaan, kesimpulan, dan rekomendasi bagi para pemangku kebijakan untuk mewujudkan pemerataan digital. Terwujudnya pemerataan digital diharapkan dapat menjadi gerbang untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakat dari Indonesia
"Pemanfaatan teknologi digital harus bersifat inklusif karena ekonomi digital merupakan hak seuluruh warga Indonesia. Dengan pembangunan ekonomi digital yang berkelanjutan, kami berharap Indonesia akan melahirkan jutaan talenta digital dari berbagai provinsi, kota, maupun daerah,” kata Willson.
EV-DCI menunjukkan bahwa kesenjangan daya saing digital di Indonesia konsisten menurun. Hal ini merujuk pada meningkatnya skor median indeks. Pada tahun 2020 EV-DCI mencatat skor median indeks sebesar 27,9. Angka tersebut terus naik pada 2021 menjadi 32,1, 35,2 pada 2022 dan 38,5 pada 2023. Peningkatan skor median menunjukkan perbaikan daya saing digital di provinsi peringkat menengah dan bawah.
Tren positif terkait daya saing digital juga ditunjukkan lewat menurunnya nilai spread di dalam laporan EV-DCI. Nilai spread tercatat sebesar 62 pada 2020, kemudian turun menjadi 55,6 (2021) dan 48,3 (2022). Pada pemetaan tahun 2023 terjadi peningkatan nilai spread menjadi 53,2, namun peningkatan ini disebabkan karena pemekaran jumlah provinsi.
Spread sendiri adalah selisih antara nilai tertinggi dengan nilai terendah. Spread merupakan angka yang digunakan untuk melihat rentang kesenjangan antara provinsi. Semakin tinggi nilai spread, maka semakin tinggi pula kesenjangan daya saing digital tiap provinsi.
Berdasarkan laporan EV-DCI dari tahun 2020 hingga 2023, DKI Jakarta secara konsisten memegang poisisi teratas dalam indeks daya saing digital. Skor daya saing digital DKI Jakarta dalam empat laporan terakhir antara lain: 73,2 (2022), 77,6 (2021), 79,7 (2020) dan 76,6 (2023).
Jawa Barat, yang berada pada urutan kedua setelah DKI Jakarta, secara konsisten mencatat peningkatan skor setiap tahunnya. Yogyakarta, Banten, dan Jawa Timur berada pada posisi lima teratas, di mana provinsi-provinsi ini mengalami kenaikan dan penurunan ranking setiap tahunnya. Secara garis besar, provinsi-provinsi Pulau Jawa masih mendominasi di peringkat atas. Hal tersebut, hal ini disebabkan oleh ketersediaan infrastruktur digital serta besarnya kontribusi ekonomi digital pada daerah tersebut.
Pengembangan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, seperti misalnya, pembangunan infrastruktur terkait seperti pembangunan BTS 4G dan 5G, peluncuran satelit SATRIA-1, proyek Palapa Ring, serta pembangunan jaringan serat optik nasional, memegang peran penting dalam mewujudkan daya saing digital Indonesia yang merata. Penggagasan dan penerapan program pendukung adopsi dan literasi digital seperti UMKM go-digital, dan insentif startup turut memegang peran penting dalam mendukung ekonomi digital.
Baca Juga: Tetap Perkasa, Bank Mandiri Yakin Ekonomi RI Masih Kuat Lawan Gejolak Geopolitik Global
Meski daya saing digital dalam beberapa tahun terakhir semakin merata, masih terdapat banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang perlu diatasi oleh Indonesia. Melalui laporan EV-DCI, East Ventures berharap dapat memberikan rekomendasi serta acuan dan kerangka berpikir bagi para pemangku kepentingan dalam mewujudkan keadilan digital di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement