Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jaga Nilai Rupiah, Inflasi Indonesia Diklaim Masuk Terendah di Dunia

Jaga Nilai Rupiah, Inflasi Indonesia Diklaim Masuk Terendah di Dunia Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengklaim inflasi nasional terus terkendali. Indonesia selama sepuluh tahun terkahir menunjukkan trend penurunan angka inflasi, bahkan menjadi salah satu yang terendah di dunia.

“Tren inflasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir menurun dan terkendali rendah, bahkan termasuk yang terendah di dunia pada saat ini. Inflasi IHK pada bulan Mei 2024 tercatat sebesar 2,84 persen,” kata Perry, dilansir Sabtu (15/06/2024).

Baca Juga: Anjlok! Kurs Rupiah Hari Ini Tembus Rp16.334 per Dolar AS

Laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2024 yang konsisten pada tingkat 2,84 persen sesuai target 2,5 plus minus 1 persen menunjukkan bahwa inflasi tetap dalam batas yang diharapkan.

Perry memperkirakan inflasi akan terkendali pada tingkat rendah dalam kisaran target sebesar 2,5 plus atau minus 1 persen untuk sisa tahun 2024 dan 2025.

“Kami memperkirakan inflasi pada sisa tahun 2024 ini dan tahun 2025 akan tetap terkendali rendah dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen,” jelasnya.

Perry menekankan pentingnya sinergi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam menghadapi kondisi global yang masih bergejolak. Kebijakan moneter yang konsisten diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Dalam kondisi global yang masih bergejolak ini, kebijakan moneter akan secara konsisten untuk menjaga stabilitas dengan memastikan inflasi tetap terkendali dan nilai tukar Rupiah tetap stabil,” katanya.

Bank Indonesia akan bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perry menambahkan, BI akan memberikan keringanan melalui insentif likuiditas berskala besar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit pinjaman ke berbagai sektor, termasuk hilir agropangan dan UMKM pangan.

“Untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan, Kebijakan Makroprudensial Longgar antara lain melalui insentif likuiditas yang besar kepada perbankan, kami berikan untuk penyaluran kredit pembiayaan ke berbagai sektor untuk meningkatkan kapasitas perekonomian, termasuk hilirisasi pertanian dan UMKM pangan,” tandasnya.

Perry menilai bahwa perekonomian Indonesia masih sangat kuat, terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terjaga pada level 5 persen dan inflasi di bawah 3 persen. Namun, ia menekankan perlunya penguatan sinergi antara Bank Indonesia, pemerintah pusat, dan daerah untuk memitigasi konflik geopolitik global yang sedang berlangsung.

Baca Juga: Kendalikan Inflasi, Jokowi Minta TPIP dan TPID Amankan Produksi dan Tingkatkan Rantai Pasok

“Kesinambungan adalah sangat penting untuk pengendalian inflasi ke depan, khususnya untuk memitigasi risiko kenaikan harga pangan dan energi akibat konflik geopolitik global yang masih berkelanjutan, ketidakpastian pasar keuangan global, serta permasalahan struktural seperti produktivitas, inefisiensi, distribusi, dan integrasi data pangan,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: