Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom Senior Bocorkan Biang Kerok Setoran Negara Jeblok

Ekonom Senior Bocorkan Biang Kerok Setoran Negara Jeblok Kredit Foto: Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom senior sekaligus mantan Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati memaparkan beberapa penyebab menurunnya penerimaan negara yang terjadi belakangan ini. Adapun salah satu penyebabnya yakni Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas seperti batu baru dan minyak sawit.

Dalam program Squaw Box, Anny mengatakan jika penerimaan negara dari sektor ekspor amat bergantung pada harga-harga komoditas seperti Crude Palm Oil (CPO), tambang, batu bara dan mineral, di pasar global. Ketika harga komoditas-komoditas tersebut naik, maka penerimaan negara bakal turut terkerek.

Hal yang sebaliknya juga terjadi ketika harga-harga komoditas tengah turun seperti saat ini. Maka, penerimaan negara dari sisi ekspor akan mengalami pelemahan. Hal tersebut kemudian berpengaruh pada sisi penerimaan di sektor pajak maupun bukan pajak (PNBP).

"Ketergantungan kita pada ekspor komoditas ini bahaya, karena ini sangat tergantung sekali pada konstelasi pertumbuhan ekonomi dunia dan situasi politik eksternal," kata Anny, Senin (01/7/2024).

Pemerintah sebelumnya mencatat penerimaan negara per Mei 2024 mengalami kontraksi sebesar 7,1% secara year on year/dari tahun ke tahun (YoY). Sementara itu, APBN diketahui mengalami defisit sebesar 0,10% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Deficit APBN kali ini menurut Anny perlu mendapatkan perhatian khusus. Pasalnya, defisit ini terjadi lantaran merosotnya penerimaan negara.

Baca Juga: Keberlanjutan Sawit Indonesia Tergantung dan Terkendala Regulasi

"Defisitnya memang sudah diperkirakan dalam dokumen APBN 2024, tapi yang membuat kita harus menaikkan alarm kewaspadaan kita lebih tinggi adalah karena defisit ini terjadi karena pendapatan negara yang turun," jelasnya.

Ke depannya, Anny menilai jika pemerintah perlu lebih menggalakkan proyek hilirisasi, dibareng dengan upaya mendorong industri. Dia mencontohkan produk sawit sebenarnya mempunyai banyak turunan baik makanan, kosmetik, hingga sumber energi. 

Hilirisasi produk sawit tersebut dapat didorong lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.

"Sebetulnya kita punya prospek untuk melakukan pengolahan lebih lanjut, mungkin orientasinya tidak ekspor tapi pemenuhan kebutuhan industri domestik," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: