30 Tahun Terjebak di Middle Income Trap, Begini Strategi Bappenas Bawa Indonesia Maju
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas, Vivi Yulaswasti mengungkapkan bahwa Indonesia telah bertahan sebagai negara berpendapatan menengah selama 30 tahun.
Vivi merinci, tahun 1983 Indonesia sebetulnya sempat keluar dari low income country, namun di tahun 1993-2002 akibat krisis Indonesia kembali masuk ke low income country. Lalu di tahun 2018 Indonesia masuk ke dalam upper middle income country dan akibat pandemi Covid-19 Indonesia Kembali ke lower middle income sejak tahun 2020-2021.
”Indonesia sudah berada pada posisi yang kurang lebih sama yaitu pada posisi sebagai negara berpendapatan menengah selama 30 tahun,” ujar Vivi pada Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian PPN/Bappenas dan WRI Indonesia, serta kick off Penyusunan Studi Indikator Transisi energi Berkeadilan, di Jakarta, Selasa (06/08/2024).
Untuk itu kata Dia, Pemerintah hingga saat ini telah menyiapkan beragam strategi transformasi guna mengeluarkan posisi Indonesia dari negara middle income trap.
Strategi tersebut ujar Vivi dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 atau 20 tahun kedepan.
“Dalam waktu setahun terakhir Bappenas bekerjasama dengan banyak pihak baik kementerian lembaga, ting-teng, perguruan tinggi, unsur masyarakat lainnya untuk menyusun rencana pembangunan jangka panjang 2025-2045,” lanjut Vivi.
Di dalam RPJPN itu, Indonesia menargetkan visi ’NKRI yang Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan’ dengan 5 sasaran utama yakni, Pendapatan per kapita setara negara maju, kemiskinan 0% dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan pengaruh internasional meningkat, daya saing bangsa meningkat, intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) menurun menuju net zero emission.
Baca Juga: Bappenas: Ekonomi Sirkular Berpotensi Meningkatkan PDB Hingga Rp638 Triliun di 2030
5 sasaran utama itu akan ditempuh lewat 17 arah tujuan salah satunya yaitu penerapan ekonomi hijau. Secara definitf ekonomi hijau sendiri bertujuan meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan.
”IE atau Indonesia Emas 5 (tujuannya) yaitu penerapan ekonomi hijau bersama-sama game changer lainnya seperti dekarbonisasi transportasi dan industri kemudian juga follow yang lestari dan tentunya berbagai transformasi yang kita harapkan merupakan implementasi dari ekonomi hijau satu lagi di dalamnya selain transisi energi tentunya adalah sirkular ekonomi di dalam penerapan ekonomi hijau,” tukas Vivi.
Di dalam agenda ini, 20 tahun kedepan Indonesia akan memiliki agenda besar khususnya pada hilirisasi sumber daya alam. Di dalam proses ini Indonesia juga akan menggenjot transisi energi sebagai wujud komitmen pada Net Zero Emission di tahun 2060 atau lebih cepat.
”Bagaimana kita mengalirkan berbagai potensi renewable energy tersebut antar pulau-pulau yang kita dorong perkembangannya untuk hilirisasi sumber daya alam ini di dalam RPJPN sudah ada tahapan transisi energi untuk 20 tahun ke depan intinya tentu kita akan mendorong terus bauran EBT,” sambung Vivi.
Dengan langkah ini Vivi optimis bakal banyak bermunculan celah lowongan kerja hijau (greenjobs) yang bisa dimanfaatkan masyarakat Indonesia. ”Studi kami menunjukkan kita bisa menciptakan sekitar 4,4 juta lapangan pekerjaan baru dan hijau,” tutup Vivi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement