Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Terlihat 'Hidup Mapan', tapi 8,5 Juta Orang Kelas Menengah Jadi Calon Kelas Menengah hingga Kelas Rentan

Meski Terlihat 'Hidup Mapan', tapi 8,5 Juta Orang Kelas Menengah Jadi Calon Kelas Menengah hingga Kelas Rentan Sejumlah karyawan kantor berjalan pulang di kawasan BNI City, Jakarta, Kamis (16/11/2023). Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk yang bekerja di DKI Jakarta pada Agustus 2023 mencapai 5,07 juta orang dari sebanyak 5,43 juta penduduk angkatan kerja atau mengalami kenaikan sebesar 197.000 orang dibandingkan pada Agustus 2022. | Kredit Foto: Antara/Sulthony Hasanuddin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekitar 8,5 juta orang dari kelas menengah di Indonesia telah turun ke kelas ekonomi di bawahnya. Fenomena ini menjadi peringatan bagi kondisi ekonomi Indonesia saat ini.

Fenomena ini dikenal sebagai "mantap" atau "makan tabungan" di mana kelas menengah terpaksa menggunakan tabungan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini tidak hanya membuat tabungan mereka tidak bertambah, tetapi juga sering kali menjadi minus karena terlalu sering digunakan.

Berdasarkan data penelitian terbaru, penurunan kelas menengah di Indonesia telah terjadi sejak tahun 2018 hingga 2023. Pada periode 2014 hingga 2018, jumlah kelas menengah sempat meningkat dari 39 juta jiwa menjadi 60 juta jiwa. Namun, pada tahun 2023, jumlahnya turun menjadi 52 juta jiwa. Sebagian besar dari mereka turun ke kelas ekonomi di bawahnya, yaitu calon kelas menengah dan kelompok rentan.

Data menunjukkan peningkatan proporsi penduduk dalam kelompok calon kelas menengah dari 49,6% pada tahun 2018 menjadi 53,4% pada tahun 2023. Kelompok rentan juga mengalami peningkatan, dari 18,9% menjadi 20,3% di periode yang sama.

Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, yang terlihat dari meningkatnya kredit macet pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan industri perbankan. Kredit macet KPR pada Januari 2024 meningkat menjadi 2,6% dari 2,4% di Januari 2023. 

Kredit macet perbankan juga meningkat dari 2,1% pada Desember 2023 menjadi 2,3% pada Mei 2024. Selain itu, penjualan kendaraan di salah satu pameran otomotif terbesar di Indonesia pada Juli 2024 mengalami penurunan sebesar 19,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Menurunnya Daya Beli Kelas Menengah, Ekonomi Indonesia Terancam!

Dampak terhadap Ekonomi Nasional

Kelas menengah merupakan tulang punggung ekonomi nasional, sehingga penurunan mereka menjadi alarm bahaya bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga.

Melemahnya daya beli masyarakat akan menyebabkan perlambatan ekonomi, seperti yang terlihat dari penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua 2024 menjadi 5,05% dibandingkan kuartal pertama yang sebesar 5,11%.

Penurunan kelas menengah juga akan berdampak pada produk-produk yang menyasar segmen ini, membuat para investor berpikir dua kali untuk berinvestasi.

Selain itu, jika kelas menengah tidak memiliki uang untuk ditabung di bank, bank pun tidak memiliki dana untuk memberikan bantuan permodalan atau investasi. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama dari sisi investasi.

Para ekonom mengingatkan bahwa menurunnya jumlah kelas menengah bisa menjadi salah satu gejala krisis ekonomi.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang pro terhadap kelas menengah, seperti memberikan subsidi, meringankan biaya pendidikan dan kesehatan, memberikan insentif pajak, dan menstabilkan harga pangan.

Jika penurunan kelas menengah ini tidak segera diatasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi jatuh di bawah target 5%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: