
Adapun kelebihan lainnya adalah bioethanol masih dapat digunakan pada kendaraan yang biasa menggunakan bensin. Selain itu, bioethanol juga bisa memanfaatkan limbah organik serta mendorong perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja baru.
Dengan pengembangan teknologi bioethanol yan makin berlanjut, Ronny berharap hal tersebut dapat menjadi solusi alternatif yang lebih luas nan efektif dalam mengatasi tantangan energi serta perubahan iklim di Indonesia.
Baca Juga: Kemenkeu Buka Suara, Pemangkasan Anggaran Subsidi Energi Terkait Pembatasan BBM?
“Jadi kita memang harus membuat biofuel yang masih kompatibel dengan kendaraan kita yang ada sekarang ini. Upaya untuk menggantikan sebagian bensin ini, dengan bahan-bahan yang kompatibel salah satunya itu adalah bioetanol,” imbuh Ronny.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa bioethanol yang dihasilkan dari bahan baku seperti gula dan pati menawarkan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bensin. Kendati bioethanol dapat diproduksi dari bahan baku pangan dan non pangan seperti singkong dan jagung, namun produksinya masih terbatas.
“Hingga saat ini, bioetanol hanya digunakan sebagai campuran E05 di Jakarta dan Surabaya, sementara kebutuhan bensin nasional mencapai 29 juta kiloliter per tahun,” ungkap Ronny.
Baca Juga: Wacana Pertalite Dibatasi Tergantung Jokowi, Diharapkan Jalan Oktober 2024
Produksi bioethanol di Indonesia, sambungnya, yang baru mencapai 34.500 kiloliter masih jauh dari mencukupi kebutuhan pasar. Sehingga, hal tersebut menunjukkan perlunya percepatan pengembangan bioethanol untuk memenuhi target bauran energi terbarukan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement