Penggunaan Biodiesel Berhasil Ciptakan Penghematan Hingga Rp160 Triliun
Biofuel menjadi salah satu solusi utama dalam upaya menekan emisi gas rumah kaca, sebagaimana disampaikan oleh Jesslyne Widjaja, Direktur Eksekutif Sinar Mas Agribisnis & Pangan, dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024. Jesslyne mengungkapkan bahwa Indonesia telah berhasil mengimplementasikan program B35, yaitu penggunaan biodiesel dengan campuran 35%, yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 30 juta ton dari total penggunaan 12 juta ton biodiesel. Selain itu, program ini juga berhasil menghemat devisa negara sebesar Rp 160 triliun melalui pengurangan impor bahan bakar fosil.
Menurut Jesslyne, program biodiesel yang telah dijalankan secara konsisten ini merupakan contoh kemitraan lintas pihak yang sukses dalam pengurangan emisi. Ia menambahkan, potensi program ini bisa direplikasi untuk pengembangan bahan bakar berkelanjutan di sektor lain, seperti penerbangan dan pelayaran. "Kami dari sektor industri siap mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan tingkat pencampuran biodiesel melalui solusi pasokan yang berkelanjutan," ujarnya.
Baca Juga: ESDM Ingin Turunkan Emisi hingga 93%
Jesslyne juga menyoroti peran penting industri kelapa sawit dalam mencapai target pengurangan emisi. Meskipun diakui bahwa produksi bahan bakar ramah lingkungan saat ini belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pasar, ia yakin bahwa dengan peningkatan produktivitas dan pemberdayaan petani kecil, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan tersebut sambil meningkatkan kesejahteraan para petani.
Sinar Mas Agribisnis & Pangan telah mengimplementasikan berbagai inisiatif keberlanjutan, seperti budidaya berbasis pendekatan sirkular dan program peremajaan tanaman, serta pendampingan petani melalui skema inclusive closed loop yang melibatkan pekebun, perusahaan, koperasi, dan dukungan finansial. Jesslyne menegaskan bahwa dengan dukungan lintas sektor dan kerangka investasi yang tepat, potensi kelapa sawit dapat dioptimalkan untuk menjawab isu ketahanan pangan, energi, serta perubahan iklim.
Baca Juga: Bioethanol Disebut Solusi Tekan Emisi dan Ketergantungan BBM
Dalam kesempatan yang sama, CEO AirAsia, Tony Fernandes, juga menekankan pentingnya kemitraan lintas pihak dalam mewujudkan penerbangan ramah lingkungan. Ia menyatakan bahwa penggunaan sustainable aviation fuel (SAF) akan berhasil jika pasokan tersedia dengan harga yang kompetitif. Tony menyebut bahwa potensi minyak kelapa sawit di Asia Tenggara mampu menekan harga SAF, meskipun ada tantangan dari negara-negara Barat yang masih enggan menggunakan minyak kelapa sawit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement