Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Cuma Hilirisasi, Ini Strategi Grup Merdeka Copper (MDKA) Rehabilitasi Lingkungan

Tak Cuma Hilirisasi, Ini Strategi Grup Merdeka Copper (MDKA) Rehabilitasi Lingkungan Kredit Foto: Merdeka Copper Gold

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berdiri pada tahun 2012 dan menjadi perusahaan publik pada tahun 2015. Saat itu, perusahaan tersebut memulai rekam jejak bisnis melalui operasi tambang emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur.

Albert juga percaya bahwa kesuksesan jangka panjang tersebut membutuhkan integrase keberlanjutan dalam semua aspek bisnis. Dengan prinsip tersebut, pihaknya berharap dapat terus berkontribsui dalam pembangunan Indonesia dan kemajuan hidup manusia ke depannya.

Baca Juga: Hadir di Mining Indonesia 2024, Wilo Dorong Transformasi Hijau di Industri Pertambangan

Pihaknya mengaku berkomitmen untuk menerapkan Environment, Social, and Governance (ESG) untuk memberikan dampak positif bag seluruh pemangku kepentingannya dengan menjadikan keberlanjutan sebagai dasar operasinya.

Sebagai hasilnya, tutur Albert, Grup Merdeka pada tahun 2023 lalu mendapatkan penghargaan di antaranya predikat rating “A” dari Morgan Stanley Capital International (MSCI/ Lembaga Pemeringkat Global) sebagai perusahaan tambang mineral dengan pengelolaan ESG terbaik di Indonesia.

Pengakuan ini menjadi pengakuan dan pembuktian dari komitmen dan kinerja ESG proporsional yang dibangun Merdeka hingga saat ini.

Adapun jejak inovasi Merdeka mempunyai program rehabilitasi, reklamasi dan upaya dekarbonisasi. Albert menerangkan, Operasi Tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi saat ini menggunakan 100% listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang disuplai dari PLTP Kamojang Jawa Barat.

Baca Juga: 10 Tahun Pemerintahan Jokowi, Ketum ISEI Sebut Ketahanan Ekonomi RI Terbaik di Dunia

 “Sehingga mampu menggurangi efek Gas Rumah Kaca dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Merdeka juga sudah menggunakan bahan bakar bio-diesel B-35 yang merupakan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis 35% minyak kelapa sawit, untuk operasional kendaraan dan alat berat,” pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: