Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengurus Baru Akindo Serukan Kolaborasi untuk Dukung Stabilitas Pasokan Kedelai dan Ketahanan Pangan Nasional

Pengurus Baru Akindo Serukan Kolaborasi untuk Dukung Stabilitas Pasokan Kedelai dan Ketahanan Pangan Nasional Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 30 September lalu yang menghasilkan kepengurusan baru untuk periode 2024-2029. menetapkan Hidayatullah Suralaga terpilih sebagai Ketua Umum, Rayfarrell Dwia sebagai Sekretaris Jenderal dan Rossy Wanandi sebagai Bendahara. | Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pada 30 September lalu yang menghasilkan kepengurusan baru untuk periode 2024-2029. Dalam pemilihan yang berlangsung dengan suara bulat ini menetapkan Hidayatullah Suralaga terpilih sebagai Ketua Umum, Rayfarrell Dwia sebagai Sekretaris Jenderal dan Rossy Wanandi sebagai Bendahara.

Munaslub Akindo yang dihadiri oleh anggota dari berbagai pelaku usaha kedelai ini bertujuan untuk merevitalisasi dan konsolidasi organisasi. Hidayatullah mengajak seluruh anggota untuk berkolaborasi demi kemajuan organisasi dan masyarakat. 

“Melalui Munaslub ini, kami berharap Akindo dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan anggotanya dan masyarakat luas,” ujarnya

Sementara Rayfarrell Dwia menekankan pentingnya kolaborasi dan mengajak pelaku usaha kedelai lainnya untuk bergabung dengan Akindo. 

“Mari kita bergandengan tangan untuk memperluas jaringan dan jangkauan, sehingga kemanfataan asosiasi ini bisa dinikmati semakin banyak kalangan. Kita jadikan Akindo sebagai wadah penyampaian aspirasi kepada pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan lebih tepat guna dan sesuai sasaran,” ujarnya. 

Akindo juga berkomitmen untuk turut mendukung program pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan kedelai dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai, berbeda dengan beras, kedelai bukan kebutuhan pokok masyarakat. Namun jika bahan makanan yang satu ini menghilang di pasaran dan harganya melonjak tinggi, pemerintah bakal kebingungan dan akan mendapat tekanan dari perajin tahu dan tempe. 

“Ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, di mana harga kedelai mencapai Rp135 sampai Rp145 ribu per kilogram. Hilangnya kedelai diikuti dengan berhentinya produksi tempe yang sudah begitu lekat dengan rakyat,” ujarnya Huda.

Huda mengingatkan pengurus baru Akindo untuk lebih berhati hati, karena tantangan yang akan dihadapi akan lebih berat. Situasi di Timur Tengah yang makin panas dan perang Rusia–Ukraina yang tak kunjung berakhir akan berpengaruh pada harga kedelai di pasar global. 

Sementara itu Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono berharap pengurus Akindo yang baru terpilih bisa bersinergi lebih baik dengan Bulog, terutama dalam pengadaan kedelai. Dari total kebutuhan sekitar 247.455 ton per bulan, tidak ada sama sekali cadangan yang dimiliki pemerintah baik di Bulog maupun BUMN pangan. Kebutuhan kedelai masih tergantung pada impor karena produksi kedelai dari petani lokal masih rendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Advertisement

Bagikan Artikel: